Indonesiasenang-, Rumah produksi Narasi Semesta bersama Unlimited Production resmi menggelar Press Screening & Press Conference film Musuh Dalam Selimut pada Senin (29/12/2025) di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan. Film bergenre romansa dan thriller psikologis ini menghadirkan kisah relasi yang gelap, emosional, dan penuh lapisan makna, dengan fokus pada luka batin, ambisi, serta cinta yang tumbuh dengan cara yang keliru.

Acara ini dihadiri jajaran pemain utama seperti Yasmin Napper (Gadis), Arbani Yasiz (Andhika), Megan Domani (Suzi), Fitria Rasyidi (Cimit), dan Cakrawala Airawan (Indarto), serta Hadrah Daeng Ratu selaku sutradara, Cassandra Massardi selaku penulis skenario, Oswin B dan Deni Saputra sebagai produser.

Diungkapkan oleh Cassandra Massardi, bahwa proses penulisan Musuh Dalam Selimut melalui eksplorasi banyak kemungkinan akhir cerita sebelum menemukan bentuk yang paling tepat. “Dalam proses penulisan, kami punya banyak sekali kemungkinan ending. Sampai akhirnya kami bertemu pada satu ending yang paling cocok dan paling kuat untuk seluruh karakter”, ujarnya.

Dijelaskan oleh Cassandra Massardi, karakter Suzi lahir dari pengalaman sosial yang kerap dialami perempuan, termasuk pertanyaan yang dianggap sepele namun menyimpan dampak emosional mendalam. “Inspirasi tokoh Suzi berangkat dari pertanyaan ‘kapan kamu hamil?’. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang dialami seorang perempuan, dan dampaknya bisa sesakit itu”, katanya.

Menurut Cassandra Massardi, latar belakang keluarga dan kebiasaan hidup juga membentuk cara pandang karakter terhadap kepemilikan dan kehilangan. Elemen visual dalam film pun dirancang simbolis untuk memperkuat konflik batin para tokohnya.

Ditegaskan oleh Sutradara Hadrah Daeng Ratu, bahwa Musuh Dalam Selimut bukan film perselingkuhan biasa. Film ini, menurutnya, adalah potret manusia dengan luka yang belum selesai. “Ini film tentang manusia. Tentang kesehatan mental. Tentang bagaimana seseorang bisa terluka, atau justru melukai orang lain”, ungkapnya.

Selain itu Hadrah Daeng Ratu menyebut pendalaman karakter dilakukan secara detail, bahkan pada aspek yang mungkin tak terlihat jelas di layar, namun memberi bobot emosional kuat. Dari sisi visual, film ini juga menawarkan pendekatan berbeda, termasuk penggunaan pergerakan kamera pelan yang dirancang agar konsep hyperlapse bekerja secara emosional dalam drama.

“Kamera selalu mengikuti emosi adegan. Handheld, fokus yang diburamkan, sampai dialog yang dibiarkan off-screen, semuanya sudah dirancang sejak awal”, ucap Hadrah Daeng Ratu.

Bagi Arbani Yasiz, karakter Andhika menjadi pengalaman baru dalam perjalanan aktingnya. “Ceritanya fresh dan penuh tantangan. Aku sendiri nggak bisa nebak kenapa semua itu bisa terjadi”, ujarnya.

Diakui oleh Arbani Yaziz bahwa tantangan terbesarnya adalah memahami sisi psikologis Andhika yang kompleks, penuh rasa bersalah dan konflik batin. “Andhika itu sebenarnya stres dan punya rasa bersalah yang bahkan dia sendiri nggak bisa maafin. Ngerasain energinya capek banget”, tuturnya.

Sementara itu, Yasmin Napper menyebut karakter Gadis dibangun dari trauma kehilangan yang membuatnya takut kehilangan untuk kedua kalinya. “Gadis ingin menjaga semuanya dengan sepenuh hati karena dia sudah tidak sanggup kehilangan apa pun lagi”, katanya.

Perubahan Gadis menuju akhir cerita menjadi salah satu titik emosional terkuat film ini. “Di ending, ledakannya itu benar-benar ‘wow’”, imbuh Yasmin Napper.

Sedangkan Megan Domani mengaku sangat menyatu dengan karakter Suzi. “Aku bisa menjadi Suzi, dan Suzi itu aku”, ucapnya.

Disampaikan pula oleh Megan Domani bahwa proses syuting terasa ringan karena persiapan matang, diskusi intens, dan rasa saling percaya antar pemain.

Pada kesempatan yang sama produser Deni Saputra menyampaikan bahwa film Musuh Dalam Selimut direncanakan tayang awal tahun 2026 dan menjadi film pembuka tahun bagi Narasi Semesta. “Film ini berangkat dari ide almarhum ayah saya, lalu dikembangkan bersama keluarga dan Kak Cassandra. Kami ingin menghadirkan pengalaman menonton yang menggoyahkan perasaan penonton”, katanya.

Deni Saputra juga menyebut tiga tema utama film ini: ambisi, cinta, dan dendam, yang saling berkaitan erat dengan isu kesehatan mental. “Ending film ini seperti itu karena menurut saya, setiap orang hanya perlu berdamai dengan dirinya sendiri untuk bisa melanjutkan hidup”, ujarnya.

Harapan juga disampaikan oleh Deni Saputra, bahwa film Musuh Dalam Selimut dapat diterima luas dan memberikan pengalaman emosional yang utuh, dari rasa gemas hingga perasaan “kegocek”, yang menyatu sepanjang cerita.

Dengan pendekatan psikologis yang intens, visual yang simbolis, serta akting yang keluar dari pakem para pemainnya, Musuh Dalam Selimut yang akan tayang pada tanggal 08 Januari 2026 menjanjikan pengalaman sinematik yang berbeda, sebuah drama romansa gelap tentang luka, cinta, dan konsekuensi pilihan manusia. (satria; foto tcs)