Indonesiasenang-, Di tengah laju modernisasi Jakarta yang tak pernah berhenti, Ketan Susu Kemayoran tetap berdiri sebagai penanda sejarah kuliner ibu kota. Kudapan sederhana berbahan ketan putih ini bukan sekadar pengganjal lapar, melainkan bagian dari denyut budaya Betawi dan Jakarta lama yang terus hidup lintas generasi.
Berlokasi di Jalan Garuda Ujung RW 08, Kemayoran, Jakarta Pusat, kedai yang akrab disebut Tansu Kemayoran ini dirintis oleh Haji Sukrad pada 1958. Hingga kini, tempat ini nyaris tak berubah tetap sederhana, tanpa gemerlap dekorasi, namun selalu ramai pembeli, terutama saat malam hari.
Pada awal berdirinya, Ketan Susu Kemayoran dikenal dengan nama Ketan Kobok. Sebutan ini lahir dari kebiasaan para pelanggan setia kala itu—tukang becak, sopir bus, hingga pekerja Bandara Kemayoran yang menyantap ketan hangat langsung menggunakan tangan tanpa sendok, atau “dikobok”. Tradisi makan yang akrab dan egaliter ini menjadi simbol kebersamaan yang masih terasa hingga sekarang.
Menariknya, menu ketan susu yang kini melegenda justru bukan sajian awal. Pada mulanya, kedai ini hanya menjual ketan dengan kelapa parut. Baru pada sekitar tahun 1990, muncul permintaan pelanggan untuk menambahkan kental manis sebagai topping. Perpaduan rasa gurih dari ketan dan kelapa dengan manisnya susu ternyata langsung memikat lidah banyak orang dan akhirnya menjadi menu utama hingga hari ini.
Ketan Susu Kemayoran disajikan dalam porsi kecil yang pas untuk ngemil, namun cukup mengenyangkan. Cita rasanya semakin lengkap ketika disantap bersama gorengan asin seperti tempe, pisang, ubi, atau singkong goreng. Sebagai pelengkap, pengunjung juga disuguhi teh hangat dalam teko tanah liat jadul, yang memperkuat nuansa tradisional kedai ini.
Meski telah berusia lebih dari enam dekade, Ketan Susu Kemayoran tetap setia pada jati dirinya. Kedai ini buka 24 jam nonstop, menjadikannya tujuan favorit para pencari kuliner malam. Konon, malam Sabtu, Minggu, dan Senin menjadi waktu paling ramai, saat rindu akan rasa klasik Jakarta lama kembali bermunculan.
Dalam sehari, kedai ini mampu mengolah 100 hingga 150 kilogram ketan putih untuk memenuhi permintaan pengunjung yang datang dari berbagai penjuru kota, bahkan luar Jakarta. Kini, pelanggannya tak lagi terbatas pada pekerja malam, melainkan juga anak muda, keluarga, hingga wisatawan yang ingin mencicipi kuliner legendaris.
Lebih dari sekadar makanan, Ketan Susu Kemayoran adalah cerita tentang kesederhanaan, kebersamaan, dan warisan rasa yang bertahan melampaui zaman. Sebuah bukti bahwa kuliner tradisional Jakarta tetap memiliki tempat istimewa di tengah perubahan kota yang terus bergerak maju. (triyadi; foto tansu)