Indonesiasenang-, Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (YPPHUI) melakukan soft launching Museum Perfilman Sinematek Indonesia (MPSI)yang dirangkai dengan launching Bintang Prasasti Aktor Aktris Film Indonesia pada hari Kamis, 21 Desember 2023 di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jl. Rasuna Said Kav. C No .22, Kuningan Jakarta Selatan.
Pada acara soft launching MPSI nampak hadir dari kalangan pejabat dan tokoh perfilman antara lain Wandi Tutorong selaku Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan (KSP) RI mewakili Kepala KSP RI Jenderal TNI (Purn) Dr.H. Moeldoko, S.IP., M.A., Ketua Badan Pengurus YPPHUI H. Sonny Pudjisasono, SH, MA, Aktor dan Ketua Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) H. Deddy Mizwar, Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) yang juga Ketua Badan Pembina YPPHUI H. Djonny Sjafrudin, SH, Rudy Sanyoto selaku tokoh perfilman, dan Toto Soegriwo selaku penggiat perfilman/produser film.
Dari kalangan artis nampak hadir Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Alicia Djohar, Pong Hardjatmo, Harry De Fretez, Ozy Syahputra, Paramitha Rusady, Rency Milano, Ully Sigar Rusady, Alda Augustine, Yenni Ermella, Yatty Octavia, Silvana Herman, Adi dan Iyut Bing Slamet, Robby Bo, dan masih banyak lagi.
Dalam sambutannya Ketua Badan Pengurus YPPHUI, H. Sonny Pudjisasono, SH, MA mengungkapkan bahwa YPPHUI melaksanakan soft launching MPSI yang dirangkai dengan launching Bintang Prasasti Aktris dan Aktor Film Indonesia yang mungkin nantinya akan menjadi legenda dan akan menghiasi Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Disampaikan pula oleh H. Sonny Pudjisasono mengapa YPPHUI perlu melaksanakan soft launching MPSI, karena ini merupakan penyampaian sejarah tentang kelahiran dan keberadaan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail dan khususnya YPPHUI sejak tahun 1971, dimana pada saat itu digagas oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin untuk membentuk yayasan dan sekaligus beliau membuat komplek Pusat Perfilman H. Usmar Ismail pada tahun 1974, yang berangsur-angsur kemudian berubah dari Yayasan Artis Film menjadi Yayasan Citra, yang kemudian dirubah menjadi YPPHUI hingga saat sekarang ini.
"Perlu diketahui bahwa Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail masih berdiri tegak sampai hari ini yang dikelola secara mandiri oleh YPPHUI tanpa ada bantuan ataupun kontribusi dari pemerintah dan pihak manapun, tetapi kami tetap eksis. Keberadaan Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail pada saat ini kita melaunching sebagai museum perfilman adalah merupakan peningkatan bahwa Pusat Perfilman H. Usmar Ismail pada tahun 2008 telah ditetapkan sebagai salah satu situs sejarah yang dilindungi di bidang pariwisata dan kebudayaan oleh pemerintah", tutur H. Sonny Pudjisasono.
Ditambahkan oleh H. Sonny Pudjisasono, betapa peran dan fungsinya sehingga kita berpikir ingin memberikan peningkatan peran dan fungsi dari pada Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail dengan melaunching MPSI.
"Kita ingin bahwa Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail ini menjadi sentral semua kegiatan perfilman Indonesia dan termasuk data serta arsip karya-karya sinematografi yang tersimpan dengan apik sampai hari ini yang dikelola oleh YPPHUI. Dan apa yang kita inginkan dan laksanakan hari ini dapat disampaikan oleh Deputi IV KSP RI kepada Kepala KSP RI dan presiden Joko Widodo", jelas H. Sonny Pudjisasono.
Sedangkan H. Djonny Sjafrudin, SH menyampaikan bahwa sempat berbicara dengan Deputi IV KSP RI Wandi Tutorong bahwa perfilman Indonesia belum memiliki infrastruktur, bagaimana kalau kita bersama-sama menggalang kemampuan, pemikiran dan kita sampaikan kepada presiden Joko Widodo, pasti akan didengarkan.
"Kita mengharapkan dibukakan atau disediakan lahan 54 hektar untuk studio dan segala macam yang menyangkut kemajuan perfilman Indonesia, seperti di Bollywood India. Semoga pesan dan konsep-konsep ini disampaikan kepada presiden Joko Widodo", ujar H. Djonny Sjafrudin, SH.
Dilanjutkan oleh H. Djonny Sjafrudin bahwa dihadirkannya MPSI ini salah satunya karena banyak orang bertanya-tanya Sinematek itu apa ?. Awalnya kami sulit menjawab, akhirnya kami mengundang ahli-ahli museum di Indonesia lalu berdiskusi dan akhirnya berkesimpulan bahwa Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail dimana Sinematek Indonesia berada sudah pantas dan patut dibentuk museum perfilman.
"Bagaimana nanti kami di YPPHUI akan melaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena ini cita-cita dari bapak Ali Sadikin dan ini sangat luar biasa dan di tahun 1971 saya masih ikut. Kemudian di Gedung Pusat Perfilman Jl. Rasuna Said Kav C No.22, Kuningan, Jakarta Selatan, pada tahun 1994 Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirdja memasukkan nama H. Usmar Ismail", jelas H. Djonny Sjafrudin, SH.
Sementara itu Deputi IV KSP RI Wandi Tutorong menyampaikan permintaan maaf dari bapak Jendral TNI (Purn) Dr. H. Moeldoko, S.I.P., M.A. selaku Kepala KSP RI yang berhalangan hadir untuk meresmikan MPSI dikarenakan protokol dan kewajiban beliau yang tidak bisa meninggalkan lingkungan Istana Negara, semoga hal tersebut tidak membuat kecewa dan tadi apa yang disampaikan secara khusus oleh Ketua Badan Pengurus YPPHUI dan Ketua Badan Pembina YPPHUI sudah dicatat dan akan disampaikan kepada pimpinan.
"Tidak ada peradaban besar yang meninggalkan budaya dan perfilman khususnya. Kita melihat sejarah selalu mengangkat peradaban-peradaban besar itu memiliki riset, intelektual, serta pusat sejarah dari masa lalu selain itu juga memiliki pentas-pentas kebudayaan termasuk perfilman yang kuat", kata Wandi Tutorong.
Dilanjutkan oleh Wandi Tutorong bahwa dirinya merasa senang bisa hadir dan bertemu dengan putri H. Usmar Ismail dan gedung yang mengabadikan nama beliau. "Dengan ada MPSI, Bintang Prasasti dan stackholder lainnya di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail menandakan insan-insan film Indonesia tidak melupakan sejarah. Karena dari sejarah kita bisa berbicara tentang masa depan dan ini sejalan dengan pemerintah yang akan menciptakan Indonesia Maju dengan Generasi Emasnya. Perubahan adalah keniscayaan, siapa yang tidak mengikuti perubahan akan tergilas oleh jaman, tetapi siapa yang tidak belajar sejarah tidak akan mencapai pada kebesaran", katanya.
Sebagai penutup H. Sonny Pudjisasono, SH mengatakan dengan soft launching MPSI semoga ini menjadi cikal bakal dihidupkannya kembali Pusat Perfilman Indonesia yang hingga saat ini tinggal satu-satunya situs sejarah perfilman yang masih berdiri tegak dan periode-periode selanjutnya terus eksis maju kedepannya.
"Dengan hadirnya MPSI bisa menjadi wisata sejarah dan edukasi perfilman Indonesia. Saya memohon doa dan dukungan dari para insan perfilman Indonesia, agar Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail ini panjang usianya, bermanfaat bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat film Indonesia khususnya", pungkas H. Sonny Pudjisasono. (dewa; foto tyo)