Tenun Sasak Kain Tradisional Penuh Makna

Ragam motif kain tenun Sasak dipengaruhi agama yang dianut suku ini, sebelum masuknya Islam, motif didominasi motif tumpal dan motif hewan

Tenun Sasak Kain Tradisional Penuh Makna

Indonesiasenang-, Bagi suku Sasak, kain tenun sangat berhubungan dengan budaya, selain kainnya memang indah kemampuan membuatnya jadi penanda kedewasaan perempuannya. Suku Sasak sendiri adalah suku asli yang mendiami Pulau Lombok, dan tnis ini menjunjung tinggi keahlian menenun, bahkan sudah mengajarkan kemampuan menenun pada anak-anak perempuan sejak usia dini.

Ragam motif kain tenun Sasak dipengaruhi agama yang dianut suku ini, sebelum masuknya Islam, motif kain tenun didominasi motif tumpal/pucuk rebung mirip deretan gunung sebagai perwujudan Dewi Sri sebagai dewi kemakmuran dan motif hewan seperti burung. Motif tumbuh-tumbuhan, seperti sulur, pucuk rebung, pohon hayat, dan bunga bersusun delapan seperti bintang mendominasi setelah masuknya agama Islam. Sementara itu, motif geometris hanya ada pada kain pelekat.

Di beberapa desa yang masih mempertahankan adat, para perempuan lazim mengenakan kain tenun sebagai pakaian sehari-hari. Selain itu, beberapa upacara adat dan keagamaan pun menggunakan kain adat sebagai sarananya. Karena menjadi bagian dari adat itu sendiri, keahlian menenun diwariskan dari generasi ke generasi suku Sasak sejak dini.

Maka tak jarang kita temui anak-anak perempuan berusia 9 tahun sudah aktif menenun karena bagi seorang wanita Sasak, kemampuan menenun adalah sebuah kewajiban. Bahkan mereka beranggapan bahwa seorang perempuan Sasak yang belum bisa menenun berarti belum mampu untuk berumahtangga. Sebelum menikah, perempuan suku Sasak Lombok harus membuat tiga sarung tenun, yaitu satu untuk diri sendiri, satu untuk suami, dan satu lagi untuk mertua.

Konon nama Sasak memang memiliki kaitan erat dengan tenun-menenun yang disebut sebagai sèsèk. Kata sèsèk ini berasal dari kata “sesak” atau “sesek”. Menenun khas suku Sasak memang dilakukan dengan cara memasukkan benang satu-persatu yang disebut dengan sak sak. Lalu benang tersebut dirapatkan hingga sesak dan padat.

Namun rujukan penyebutan nama Sasak yang pertama kali konon terdapat dalam Prasasti Pujungan yang ditemukan di Tabanan, Bali. Prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke-11. Selain itu, kata Sasak juga ditemukan di dalam Kitab Negara Kertagama.

Para wanita perajin suku Sasak masih mempertahankan peralatan serba tradisional, mulai alat memintal benang hingga penenunan. Kain tenun Sasak Lombok punya tekstur tebal, tidak mudah kusut, dan tak mudah luntur. Hal itu dihasilkan dari teknik pembuatan kain yang dilakukan para perempuan Sasak. Kualitas tenun pun sangat baik dengan kerapatan benang yang padat. Karena itu, pengerjaan sehelai kain berukuran 60 x 200 cm memakan 2-4 minggu, bergantung pada kerumitan motif.

Kualitas kain tenun tentu berbanding lurus dengan tingkat kesulitan, keahlian dan kesabaran yang diperlukan dalam pembuatannya. Maka tak heran harga kain tenun asli Suku Sasak terbilang cukup mahal, hingga mencapai jutaan rupiah. Namun selain nilai ekonomi dan kualitas, kita juga harus belajar menghargai nilai-nilai luhur dan tradisi yang terkandung di dalamnya. Selain itu, membeli produk asli Indonesia ini tentu juga akan berdampak positif bagi pengrajin suku Sasak itu sendiri.

Belakangan di Lombok juga dijual kain buatan luar suku Sasak yang dibuat mirip namun hanya dibuat dalam waktu tiga hari saja. Walau harganya jauh lebih murah, tentu tidak dapat menandingi kain tenun asli Sasak yang memiliki susunan benang yang ditenun sangat rapat agar kain awet. (rls; foto humas wi)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.