Indonesiasenang-, Teater Satu bersama dengan Komunitas Salihara mempersembahkan sebuah pentas yang bertajuk "Semalam Masa Silam Menginjungiku". Ditulis dan disutradarai oleh Iswadi Pratama, pertunjukan kali ini menceritakan tentangnya hilangnya ikatan setiap manusia dengan masa lalunya. Ketika desa-desa berubah menjadi kota, ladang, sawah, kebun-kebun yang hijau berubah menjadi bangunan-bangunan beton, tiang listrik, pemancar, satelit, jalan layang, toko-toko, supermarket, minimarket, bioskop, tersebar bak jamur di manapun
Dihelat pada 10 dan 11 Desember 2022, lakon "Semalam Masa Silam Mengunjungiku" akan dibawakan oleh rekan-rekan Teater Satu sebagai bentuk persembahan kepada seniman-seniman yang telah wafat. Karya ini bercerita tentang kerinduan akan "masa silam" setelah sekian lama terkapar di dalam bangsal-bangsal Rumah Sakit Besar bernama "Kota Jakarta".
Iswadi Pratama, yang merupakan sutradara sekaligus pendiri Teater Satu Lampung mengatakan bahwa semakin banyak orang kehilangan ikatannya terhadap sejarahnya, biografi hidupnya karena nafsu ingin "memiliki", bukan "menjadi".
"Memiliki yang saya maksud di sini adalah dalam konteks meterial. Contohnya, ketika mereka belajar, kuliah sampai S3, menjadi doktor,profesor atau apalah itu, supaya dapat jabatan dan salary yang lebih baik. Kenapa harus punya salary yang baik ?, ya karena keinginan manusia untuk memiliki bersifat material. Bahkan dalam hubungan non material seperti cinta, persahabatan, itu bisa menjadi material karena ingin memiliki. Kemudian mengapa ingin mengenang masalalu ?. Kita nggak punya modal apa-apa untuk melihat masadepan, kecuali berkaca pada masalalu. Segala sesuatu sekarang diukur dengan kecepatan, ketepatan dan keringkasan”, tutur Iswadi Pratama.
Lebih lanjut lagi, Iswadi Pratama tidak membentuk satu karakter utama yang biasanya menjadi pusat cerita. Dengan persiapan yang memakan waktu hingga 10 bulan, ia ingin mengangkat kehidupan banyak orang dengan karakter mereka masing-masing yang menceritakan setiap ikatan hubungan mereka seperti cinta, persahabatan bahkan diri mereka sendiri.
Diungkapkan pula oleh Iswandi Pratama bahwa dirinya tidak menggiring naskah ini menjadi suatu topik, dia membuat ini menjadi spektrum sampai ke persoalan animous, maskulinitas, asal muasal, kesepian yang dirasakan manusia, hasrat ingin kekal, padahal disisi lain kita menghadapi waktu yang membuat kita tidak akan pernah kekal.
“Apa yang ingin saya sampaikan tidak bisa diringkas menjadi satu topik. Kita menjadi orang yang selalu pergi tanpa pernah pulang, sebenar-benarnya pulang. Orang pergi pagi pulang malam, hingga rumah hanyalah menjadi properti yang akhirnya kita sadar, kita membutuhkan ruang untuk hidup, untuk lebih intim. Pesan moral dari pertunjukan ini adalah kita harus punya tempat kembali, apapun, kembali kepada Tuhan, keluarga, ibu dan lain-lain. Sehingga kita bisa menjadi manusia yang menemukan mimpinya, cinta dan niat baik dalam hidupnya”, pungkas Iswandi Pratama.
Teater Satu (Bandar Lampung) adalah kelompok teater yang berdiri pada 18 Oktober 1996. Didirikan oleh Iswadi Pratama, Imas Sobariah, dan Ema. Sejak 1996 teater ini telah memproduksi 52 nomor pertunjukan dan aktif mengembangkan, merintis, dan menghimpun teater pelajar seprovinsi Bandar Lampung. Dalam rentang 1996 hingga sekarang, teater ini juga aktif memainkan naskah-naskah baik dari karya Indonesia dan mancanegara, Teater Satu juga meraih berbagai prestasi berskala nasional maupun internasional.
Untuk bisa menikmati pertunjukan ini, pengunjung bisa melakukan pemesanan tiket melalui tiket.salihara.org dengan biaya Rp150.000,(umum) dan Rp75.000,(pelajar). (kintan; foto praba)
