Perempuan Pembawa Sial Horor Jawa dengan Mitos, Ritual, dan Kebudayaan Mistis

Film horor Perempuan Pembawa Sial hadirkan kisah mistis Jawa, dari mitos Bahu Laweyan, ritual Ngidak Endhog, hingga mantra tembang Asmaradana

Perempuan Pembawa Sial Horor Jawa dengan Mitos, Ritual, dan Kebudayaan Mistis

Indonesiasenang-, Film horor biasanya identik dengan sosok menyeramkan, adegan mengejutkan, dan kisah balas dendam yang bikin penonton menutup mata. Namun, Perempuan Pembawa Sial, karya terbaru sutradara Fajar Nugros, menghadirkan pengalaman berbeda. Horor ini bukan sekadar permainan teror, melainkan lorong budaya yang kental dengan mitos, ritual, dan simbolisme Jawa.

Dibintangi oleh Raihaanun, Morgan Oey, dan penampilan maestro tari tradisional Didik Nini Thowok, film ini lahir dari pengalaman masa kecil Fajar di Yogyakarta. Tak heran, detail budaya yang tersaji terasa begitu otentik, bahkan menghadirkan nuansa spiritual yang jarang ditemukan di layar lebar.

Kisah film ini berakar pada cerita rakyat Jawa tentang Bahu Laweyan. Konon, perempuan yang memiliki tanda lahir sebesar koin di bahu kiri dipercaya membawa kutukan: setiap laki-laki yang mencintainya akan menemui ajal secara tragis. Dalam film, kutukan inilah yang melekat pada tokoh Mirah (Raihaanun), membuat hidupnya bergelimang teror dan tragedi.

Fajar Nugros juga mengangkat tradisi pernikahan Jawa, Ngidak Endhog. Biasanya, pengantin pria menginjak telur hingga pecah sebagai simbol tanggung jawab dan doa keturunan. Namun, dalam film, kegagalan memecahkan telur justru menjadi pertanda buruk—membawa nuansa horor yang menyelip di balik ritual sacral.

Salah satu adegan paling ikonik memperlihatkan Mbah Warso (Didik Nini Thowok) meniupkan asap rokok ke wajah Mirah. Adegan ini terinspirasi dari tradisi Sembogo, ritual di mana dukun manten meniupkan asap rokok agar aura pengantin semakin bercahaya. Di layar, tradisi ini justru dimaknai ulang sebagai simbol magis yang memunculkan rasa gentar.

Film ini juga menaburkan lapisan makna lewat simbol bawang dan buah-buahan. Bawang, yang harus dikupas lapis demi lapis, menjadi metafora misteri yang perlahan terbuka. Menariknya, film ini turut menyelipkan kisah rakyat Bawang Merah Bawang Putih dari Riau, menjadikannya percampuran budaya nusantara yang kaya.

Kekuatan magis film ini juga lahir dari tembang Jawa. Didik Nini Thowok melafalkan mantra yang dimodifikasi dari tembang klasik Asmaradana. Tembang yang diyakini menyimpan energi mistis itu memperkuat atmosfer ritual, membuat penonton serasa hadir di sebuah upacara yang penuh aura tak kasat mata.

Perempuan Pembawa Sial bukan hanya soal hantu atau kutukan, tetapi juga perjalanan sinematik yang memperlihatkan warisan budaya Jawa dalam balutan horor. Fajar Nugros mengajak penonton menelusuri hubungan erat antara mitos, ritual, dan kehidupan masyarakat, sesuatu yang jarang diangkat di film horor Indonesia modern.

Film ini akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 18 September 2025. Bagi pencinta horor yang mencari lebih dari sekadar teriakan dan jumpscare, karya ini bisa jadi pengalaman mistis sekaligus budaya yang tak terlupakan. (kintan; foto hpps)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.