Indonesiasenang-, Suasana Auditorium RRI, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat (05/11/2025), siang itu tak seperti biasanya. Dentuman musik berpadu dengan irama khas nusantara, namun dengan warna yang lebih modern, lebih muda, dan lebih segar. Itulah atmosfer Grand Final Putaran Kedua Bintang Radio Indonesia 2025, yang mengusung tema Lagu Daerah.
Sepuluh finalis terbaik dari berbagai daerah tampil memamerkan olah vokal dan karakter mereka, ditemani aransemen baru dari The Goodfellas Music, band pengiring yang sukses menyulap lagu-lagu daerah menjadi format pop kontemporer yang memikat. Dari Gethuk yang kental dengan nuansa Jawa hingga Angin Mamiri yang lembut dan syahdu, setiap lagu seolah menemukan kehidupan baru di tangan anak muda yang berani mengeksplorasi tanpa kehilangan akar tradisi.
Deretan finalis yang tampil membawa semangat keberagaman Indonesia. Ada Steven Kwa (Jakarta) dengan Gethuk, Stella Kaiya (Ambon) dengan Angin Mamiri, Bayu Al (Sumenep) dengan Rek Ayo Rek, hingga Rara Sutera (Bukit Tinggi) dengan O Ina Ni Keke. Setiap penampilan menjadi perayaan musikal lintas budaya yang tak hanya menonjolkan teknik vokal, tapi juga identitas.
Salah satu momen menarik datang dari dua peserta pembuka, Stella Kaiya dan Steven Kwa, yang langsung menuai pujian dari pelatih vokal sekaligus juri, Indra Aziz. “Stella Kaiya, kamu jauh lebih bagus dari kemarin! Nada bawahmu sedikit goyah di awal, tapi selebihnya luar biasa. Kamu menyanyikan Angin Mamiri seperti angin sepoi-sepoi, lembut dan menenangkan”, ujar Indra Aziz dengan nada kagum.
Sementara untuk Steven Kwa, Indra Aziz tak ragu menyebutnya memiliki vocal presence yang kuat. “Dari nada pertama kamu sudah menuntut orang untuk mendengarkan. Kamu punya aura bintang”, katanya mantap.
Tak hanya Indra Aziz, juri lain seperti Bemby Noor pun mengamini. Menurutnya, Steven Kwa tampil penuh energi dan memikat. “Suasananya fun banget, semua ikut terbawa. Vokalnya luar biasa, dan yang bikin keren, dia bisa bikin lagu daerah terasa hidup dan modern”,ujar pencipta lagu tersebut usai penampilan.
Sementara itu juri Key B alias Kezia Sirait tampil dengan gaya khasnya, santai namun tajam. Ia memberikan catatan menarik pada dua finalis lain, Bayu Al dan Tasya Ivanka. “Dari semua penampilan kamu, ini yang paling cocok dengan karakter suaramu, Nada nasal kamu yang biasanya terlalu kuat, kali ini justru jadi senjata”, ujarnya pada Bayu.
Key B juga menyoroti permainan aransemen live dari The Goodfellas. “Aransemennya beda-beda semua dan semuanya live? Ini Goodfellas go kill sih, keren banget!” ujarnya sambil tersenyum.
Sementara untuk Tasya Ivanka, yang membawakan Sajojo dengan gaya energik, Key B memuji pembukaan vokalnya yang memikat, namun memberi masukan agar improvisasi tak menutupi notasi asli lagu. “Kamu bisa kasih ruang untuk versi aslinya dulu sebelum eksplorasi. Tapi overall, kamu tampil keren banget”, katanya.
Salah satu momen reflektif datang dari komentar Amin, juri yang juga Direktur Musik Ekraf, terhadap Hifnie Zaidan dari Gorontalo.
Hifnie Zaidan tampil menawan lewat Saputangan Babuncu Ampat, memadukan berbagai teknik vokal, dari pop hingga falsetto.“Dalam satu lagu kamu menampilkan banyak teknik, dan itu kamu kemas dengan baik”, puji Amin.
Namun, Amin juga memberi catatan tajam, “Dalam dunia musik pop, yang penting bukan cuma kemampuan, tapi identitas. Kamu perlu memikirkan, apakah gaya ini akan jadi ciri khas kamu ke depan”, ucapnya.
Amin bahkan menyinggung penyanyi Filipina yang dikenal karena bisa bernyanyi dengan dua karakter suara berbeda. “Kalau kamu ke arah sana, pastikan itu jadi identitas yang kuat. Tanpa branding, penyanyi akan mudah tenggelam”, tegasnya.
Dalam sesi terakhir, Key B kembali tampil penuh energi saat memberikan komentar untuk Hifnie Zaidan dan Rara Sutera. “Hifnie keren banget malam ini. Suaramu lembut, improvisasimu cerdas, dan kamu tahu persis kapan harus menonjol”, ujarnyaantusias.
Bahkan Key B menyebut penampilan Hifnie Zaidan kali ini sebagai yang terbaik sejauh ini.
Berbeda dengan Hifnie Zaidan yang bereksperimen dengan genre, Rara Sutera tampil kuat dalam teknik vokal. “Kalau soal teknik, kamu sudah cum laude,” puji Key B.
Namun Key B menambahkan, “Karena lagu O Ina Ni Keke punya makna sederhana, coba beri sedikit sentuhan yang lebih hangat agar pesan lagunya tetap dekat dengan pendengar”.
Komentar Key B itu disambut tepuk tangan penonton, bukan hanya karena ketepatan kritiknya, tetapi juga karena terasa seperti pelajaran musik yang hidup di atas panggung.
Hingga sesi penjurian siang itu berakhir, Rara Sutera memimpin perolehan vote sementara dengan 7.320 suara, disusul Romi Tapilatu dari Manokwari (5.230) dan Gloretha Henoch dari Manado (4.468).
Daftar lengkap perolehan sementara :
1. Rara Sutera – 7.320 vote
2. Romi Tapilatu – 5.230 vote
3. Gloretha Henoch – 4.468 vote
4. Steven Kwa – 4.386 vote
5. Bayu Al – 3.996 vote
6. Rahmat Bahari – 3.490 vote
7. Sabilla Chaitra – 3.313 vote
8. Stella Kaiya – 2.992 vote
9. Tasya Ivanka – 2.452 vote
10. Hifnie Zaidan – 204 vote
Lebih dari sekadar kompetisi, Bintang Radio Indonesia 2025 menunjukkan bahwa lagu daerah bisa tetap hidup bahkan bersinar di tangan generasi baru. Dengan sentuhan modern, aransemen kreatif, dan keberanian bereksperimen, para finalis tak hanya bernyanyi, tapi juga menafsirkan ulang warisan budaya dalam bahasa musik masa kini.
Seperti kata Indra Aziz di sela acara, “Inilah bukti bahwa musik daerah tidak ketinggalan zaman. Tinggal bagaimana kita membawakannya dengan rasa, identitas, dan cinta”, tuturnya. (satria; foto tcs)