Indonesiasenang-, Nuansa kota pelan dan semangat komunitas kreatif berpadu dalam The Rooftop Festival, yang digelar selama tiga hari penuh dari tanggal 25 hingga 27 Juli 2025 di Studio 103, atap Pasar Prawirotaman, Yogyakarta. Festival ini menjadi perhelatan unik yang menyulap ruang vertikal pasar rakyat menjadi panggung ekspresi komunitas urban, sosial, dan kreatif lintas bidang.
Dengan jadwal dari pukul 15.00 hingga 21.00 WIB setiap harinya, The Rooftop Festival tak sekadar menghadirkan hiburan, tetapi juga menjadi ruang temu gagasan antar komunitas yang aktif di ranah seni pertunjukan, visual, hingga pelestarian budaya. Berbagai nama komunitas ikut ambil bagian dalam festival ini, mulai dari Taman Sesaji Nusantara, Keroncong SMM, Magic Jogja, Wayang Polah, Triple S, hingga seniman individu seperti Adit Doodleman dan Bukhi Prima Putri dari Bhumi Bhuwana.
Tak ketinggalan, pengalaman imersif juga ditawarkan melalui berbagai aktivitas partisipatif seperti Pojok Dolanan, Pasar Lawasan, sesi thrifting, serta instalasi seni kolaboratif Geger Boyo yang tersebar di seluruh area rooftop. Bahkan ada juga kegiatan eksplorasi kota lewat tur jalan kaki bertajuk Mlaku Sek Dab, menjadikan festival ini bukan sekadar tontonan tapi juga ajakan untuk berinteraksi.
Menurut Veronica Ambar Ismuwardani, S.I.P., Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, pemanfaatan atap pasar sebagai ruang komunitas adalah strategi inklusif dalam menghidupkan ruang kota.
“Kami ingin event ini menjadi simpul temu baru bagi lintas komunitas kreatif di Kota Yogyakarta. Tempat saling berbagi gagasan, berkolaborasi, dan saling menguatkan. Bukan hanya sebagai ruang tampil, tetapi juga ruang bertumbuh bersama”, kata Veronica Ambar Ismuwardani, S.I.P.
Lebih dari sekadar ajang festival, kegiatan ini digagas sebagai langkah awal untuk menjadikan Studio 103 sebagai ruang kolaboratif yang hidup dan berkelanjutan, bahkan setelah festival berakhir. Dengan pendekatan partisipatif, The Rooftop Festival membuktikan bahwa ruang public termasuk pasar tradisional bisa menjadi episentrum kreativitas dan kolaborasi lintas sektor di tengah kota.
The Rooftop Festival bukan hanya tentang pertunjukan, tetapi tentang bagaimana komunitas dan ruang kota saling menemukan bentuk barunya. Dan Yogyakarta, dengan semangat kebudayaan dan urban-nya, kembali jadi laboratorium sosial yang penuh kejutan. (dewa; foto htrf)