Sofia Sari Dewi Lestarikan Tenun Toraja Yang Hampir Punah

Sofia Sari Dewi Lestarikan Tenun Toraja Yang Hampir Punah

Indonesiasenang-, Secara budaya, masyarakat Toraja memiliki cerita yang tiada habisnya. Namun kini ada yang sedang mengkhawatirkan yaitu kain tenun Toraja di ambang kepunahan. Salah satu desainer yang konsen akan pelestarian kain tenun Toraja adalah Sofia Sari Dewi.

Desainer Sofia Sari Dewi pernah berkolaborasi dengan komunitas TorajaMelo dari Toraja Utara, sekaligus merayakan satu dekade keberhasilan TorajaMelo dalam melestarikan motif tenun Pa’Bunga Bunga Toraja yang nyaris punah di Toraja Utara. Pada ajang Indonesia Fashion Week 2019 Sofia Sari Dewi menampilkan 9 karya dalam tema ‘Revisited Sarong by Kopikkon’ oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), di Jakarta Convention Center (JCC). Desainer binaan Bekraf ini mengusung sarung ke dalam karya yang tampil kekinian.

TorajaMelo merupakan social enterprise yang peduli dengan seni dan budaya, khususnya dalam bidang tenun, dan memiliki tujuan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi para perempuan penenun, sekaligus melestarikan dan meremajakan seni budaya tekstil tenunan tangan tradisional Indonesia.

Menurut Dinny Jusuf, pendiri dan CEO TorajaMelo, social enterprise ini dibentuk tujuan utamanya adalah untuk mengurangi kemiskinan perempuan pedesaan dengan menggunakan tenun. Selama satu dekade eksistensinya, TorajaMelo telah meremajakan beberapa pola tekstil tenunan tangan Toraja, salah satunya adalah Pa’bunga bunga dalam pagelaran kali ini. Ini adalah pertama kalinya motif tenun Toraja Pa’Bunga Bunga tampil di publik secara resmi.

Sepuluh tahun yang lalu, hanya dua penenun tua yang bisa menenun teknik lompat lungsi dengan motif geometrik ini. “Sekarang dengan berdirinya Koperasi Penenun Sa’dan Siangkaran sebagai mitra TorajaMelo, sudah banyak perempuan muda Toraja yang bisa menenun teknik ini. Mereka tidak lagi memilih menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri”, ujar Dinny Jusuf.

Dikatakan pula oleh Dinny Jusuf, untuk melestarikan tenun sekaligus mengangkat harga diri perempuan penenun, pihaknya menjalin kolaborasi dengan desainer, yakni, Sofia Sari Dewi. “Pada 2008 hanya ada dua orang nenek yang membuatnya. Jika tidak dilestarikan, maka motif tenun Pa’Bunga Bunga Toraja yang indah itu nyaris punah dan hanya tinggal nama,” imbuhnya.

Dinny Jusuf menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir semakin banyak tenaga kerja perempuan yang kembali ke Toraja untuk menenun. “Sudah waktunya kain tenun kembali merajai fashion lokal Indonesia, perempuan penenun Indonesia dapat mencari uang di negerinya sendiri sambil mengasuh anaknya supaya tumbuh terdidik dengan baik”,  ujarnya.

Sofia Sari Dewi memiliki alasan sendiri mengapa mengangkat sarong (sarung) bertema ‘Urban Reborn’ dalam koleksinya. “Sarung sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat Indonesia sejak lama. Namun kini, di kota besar sangat jarang orang memakai sarung. Saya sengaja membuat seperti kain, bukan sarung yang bulat dijahit, supaya orang bisa lebih kreatif mau dipakainya gimana. Aku kombinasikan dengan kebaya kutu baru, karena aku orang Jawa, lahir di kalangan kutu baru”, kata desainer kelahiran Yogyakarta, tahun 1983 ini.

Sofia Sari Dewi berharap, generasi muda mulai menerapkan sarung sebagai gaya hidup dalam pakaian sehari-hari, dan bangga dengan jati dirinya,” kata Sofia yang pernah terpilih mengikuti program Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), dalam Ikkon 2016. Waktu IFW 2018 ia berkolaborasi dengan komunitas Indigo Ikat Lango, Ngada dengan menghadirkan tenun dengan warna baru ‘Indigo Deep Blue Sea’.

Dalam gelaran busana tersebut, Sofia Sari Dewi menghadirkan 9 look, lima untuk perempuan dan empat untuk lelaki, tenun Pa’Bunga Bunga yang di-styling menjadi sarung, dengan atasan berbagai kebaya kutu baru khas Yogyakarta. Untuk look yang lebih modern, dirinya meminta pengrajin untuk menggunakan bahan katun, bukan polyester seperti biasanya untuk tenun Pa’Bunga Bunga. Sehingga warna yang ditampilkan lebih lembut, seperti kombinasi antara merah muda, ungu, tosca hingga hitam putih.

Di ajang IFW 2019 waktu itu, Sofia Sari Dewi menggunakan sarung yang ‘disulap’ dalam outfit kekinian dalam 9 look, yaitu 5 untuk pria dan 4 untuk wanita. “Sarung bisa dimodifikasi tampil kekinian dan modis sehingga cocok dikenakan sebagai outfit harian,” ujarnya.

Sofia Sari Dewi juga menambahkan, perhelatan akbar seperti Indonesia Fashion Week merupakan momen yang tepat untuk lebih memasyarakatkan sarung. Dinny Jusuf sepakat dengan pendapat itu, menurutnya Indonesia Fashion Week akan menjadi ajang yang baik bagi generasi muda untuk bangga mengenakan sarung. (rls; foto dok)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.