Rumah Batik Azmiah Pertahankan Ciri Khas Batik Jambi

Rumah Batik Azmiah Pertahankan Ciri Khas Batik Jambi

Indonesiasenang-, Rumah Batik Azmiah Jambi yang berdiri sejak tahun 1975 tentunya sudah tidak asing lagi bagi penggemar batik lokal maupun mancanegara. Bagoes adalah yang menjadi pelaku batik asal Jambi merupakan generasi ketiga yang mewarisi usaha dari orang tuanya, ibu Azmiah.

Batik di Rumah Batik Azmiah ini mempunyai keunikan tersendiri, makanya tak heran jika pelanggannya adalah kalangan pejabat dan juga selebriti tanah air. Dengan dominasi warna merah khas dari batik ini, Bagoes mengatakan kalau warna yang dimiliki oleh Rumah Batik Azmiah ini merupakan trademark yang dimiliki mereka.

"Sejak tahun 2000 saya dan adik saya berusaha mempertahankan keberadaan batik kami. Warna merah ini memang menjadi trademark kami mulai dari generasi kedua, yaitu ibu saya”, kata Bagoes.

Dengan teknik pewarnaan yang rumit, warna yang dihasilkan terkesan natural dan klasik. Dari awal Rumah Batik Azmiah memang mengambil benang merah dari kain lama Sumatera yang banyak dipengaruhi oleh India dan Persia yang kebanyakan berwarna merah.

Diungkapkan oleh Bagoes, batik Jambi sebetulnya dari awal sangat dipengaruhi oleh India dan Persia dengan kain Patola yang berwarna merah. Yang kedua, sebelum Islam masuk, Jambi juga dikenal sebagai pusat agama Budha, jadi banyak pengaruh China. Dan juga dipengaruhi oleh kain-kain impor dari pulau Jawa.

“Masyarakat Sumatera khususnya Jambi sangat suka dengan warna merah. Sebetulnya warna lain tetap kami pertahankan sekitar 20 sampai 30 persen”, kata Bagoes.

Pengaruh Jawa juga tampak sangat mendominasi motif dari Rumah Batik Azmiah ini, seperti Kapal Kandas dari Kudus, Babon Angrem dari Lamongan, namun motifnya dibuat lebih sederhana. Warna dan motif Jambi juga dominan dengan warna merah dan biru gelap, sama persis dengan motif Patola.

"Batik kami 90 persen menggunakan motif lama seperti Patola tersebut. Kalau di Jawa namanya Kapal Kandas, kalau di Jambi namanya menjadi Kapal Sanggahan. Di Jawa juga ada motif Babon Angrem, kalau di kami Merak Ngeram. Ada juga motif yang dipengaruhi Islam, motif Jambi lebih sederhana tidak seperti budaya batik dari Jawa”, papar Bagoes.

Sama seperti ibunya, Bagoes juga sangat aktif mengikuti berbagai event dari tingkat lokal sampai nasional untuk memperkenalkan dan melestarikan kain produksi Jambi. Salah satu inovasinya adalah melakukan kolaborasi dengan beberapa seniman Batik Gedok di Tuban. Lewat ciri khas kainnya berwarna kecoklatan dan sedikit lebih tebal lewat bahan seperti sutera dan katun. Kain hasil kolaborasinya ini menjadi produk yang paling dicari dan paling laris, dengan harga yang masih terjangkau, Bagoes juga menjamin batik produksinya relatif murah.

"Harga menurut saya memang masih terjangkau, karena memang batik saya untuk kalangan menengah ke atas. Harga sekitar Rp. 500 ribu sampai Rp. 6 juta, karena memang kami pertahankan produksi tangan yang tidak bisa terkejar dengan produksi batik printing. Karena pembeli juga sadar kualitas yang mereka beli pasti dicari”, ujar Bagoes.

Proses pembuatan batiknya bisa membutuhkan waktu sekitar 30 hari, bahkan kalau dari kain seperti tenun bisa mencapai 2.5 bulan. Hal inilah yang membuat Bagoes sangat optimis kalau batiknya sudah ada pasar tersendiri. "Kelebihan motif Jambi tidak ada motif larangan seperti di Jawa. Semuanya bisa pakai, unisex. Alhamdulillah kami juga terbantukan dengan beberapa outlet di Jakarta seperti Batik Chick di Kemang yang memiliki koleksi ready to wear-nya yang dipadupadankan menjadi model yang casual sehingga banyak milenial yang memakainya. Tidak terkesan kuno dan jadul”, katanya.

Bagoes juga mengatakan kalau diperlukan sebuah event untuk dapat mengedukasi serta dapat memperluas jaringan konsumennya. Hingga selama 5 tahun terakhir ini geliat batik Jambi di skala internasionalpun cukup menjanjikan dan dapat bersaing dengan produk batik yang beredar di pasaran saat ini.

"Tinggal bagaimana caranya para penggiat batik ini memberikan edukasi yang tidak putus kepada masyarakat, mana batik printing ataupun batik tulis dan juga memberikan alternatif pilihan agar batik bisa bersaing di pasaran”, kata Bagoes. (rls; foto dok)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.