Indonesiasenang-, Papeda adalah salah satu kuliner khas Indonesia yang banyak dikenal khalayak luas karena keunikanya. Berasal dari pohon sagu tanaman ini banyak dikonsumsi masyarakat di Indonesia bagian Timur. Selain nasi, papeda bagi sebagian masyarakat Indonesia Timur juga dijadikan sebagai makanan pokok. Papeda terbuat dari bahan utama berupa tepung sagu.
Seperti yang kita ketahui, sagu merupakan makanan pokok masyarakat di dataran rendah dan pesisir Papua. Sagu tak dapat dipisahkan dari suku tradisional Papua, dan papeda sendiri lebih populer dalam masyarakat adat Sentani, Abrab, Arso, dan Manokwari.
Meski papeda identik dengan Papua, pada kenyataannya kuliner ini juga dijumpai di sejumlah daerah di Indonesia Timur, seperti Maluku dan Sulawesi Selatan. Di Papua dan Maluku, bubur sagu ini disebut papeda, sedangkan di Sulawesi Selatan dinamakan kapurung.
Proses Pembuatan Bubur Sagu, Papeda
Sebelum memasak papeda, penduduk pedalaman Papua lebih dulu menebang pohon sagu yang telah siap panen dengan rentang usia tujuh hingga sepuluh tahun. Setelah pohon ditebang, batang pohon dibelah menjadi dua bagian.
Saripati sagu diambil dari dalam batang pohon dengan menggunakan alat tradisonal. Dibutuhkan sekitar dua hingga tiga orang untuk mengambil saripati sagu. Proses ini disebut dengan menokok.
Sagu mentah yang berhasil diambil kemudian disimpan ke dalam sebuah wadah bernama tumang. Sagu tak lantas dapat dimasak, harus dibiarkan selama beberapa hari lebih dulu, barulah sagu dapat diolah sebagai papeda.
Mengolah Sagu Menjadi Papeda
Sekilas papeda tampak mudah untuk dibuat padahal untuk mengolah makanan papeda diperlukan ukuran yang tepat. Kebanyakan orang yang belum berpengalaman akan mengalami kesulitan malahan bisa jadi papeda yang dibuat gagal. Ada dua faktor penyebab gagalnya pembuatan papeda, yakni takaran dan suhu air.
Jika air yang digunakan terlalu banyak, papeda yang dihasilkan akan cair, sedangkan jika takaran airnya terlalu sedikit, papeda akan keras. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna, takaran air haruslah pas. Tak hanya itu, suhu air pun memengaruhi proses pembentukan papeda, suhu air tidak boleh terlalu panas dan juga terlalu dingin. Lantaran sulit, tidak semua penduduk pedalaman Papua mampu membuat papeda.
Penyajian dan Cara Menikmati Papeda
Papeda yang telah matang biasanya disajikan dengan hidangan lainnya, seperti tumis kangkung dengan campuran bunga pepaya dan ikan kuah kuning. Untuk menuangkan papeda ke dalam piring saji harus menggunakan sejenis sumpit yang dinamakan gata-gata. Gata-gata ini diputar dengan cepat agar adonan tidak terputus saat digulung hingga berbentuk bulat, barulah papeda ditambahkan dengan kuah kuning.
Cara menikmati papeda pun unik, yakni dengan cara menghisap bubur sagu melalui pinggiran piring sembari menikmati kuahnya. Berbeda dengan nasi yang harus dikunyah, tekstur papeda sudah lembut sehingga aman jika ditelan langsung.
Rasa bubur sagu yang tawar berpadu dengan kuah kuning yang nikmat dan segar membuat kuliner ini begitu lezat. Ikannya pun empuk dan enak. Papeda paling pas disantap saat masih hangat sebab jika sudah mulai dingin, teksurnya akan berubah menjadi lebih keras. (rls; foto dok)