“Omah Tanah” Budi Pradono Merayakan Arsitektur, Seni, dan Spirit Tanah di Art Jakarta 2025

Arsitek-seniman Budi Pradono luncurkan Collectible Book Omah Tanah di Art Jakarta 2025 gabungkan arsitektur, seni, dan filosofi tanah Pantai Loji

“Omah Tanah” Budi Pradono Merayakan Arsitektur, Seni, dan Spirit Tanah di Art Jakarta 2025

Indonesiasenang-, Dalam hiruk-pikuk Art Jakarta di JIExpo Kemayoran, di tengah karya-karya kontemporer yang memanjakan mata, hadir sebuah momen yang lebih dalam dan reflektif: peluncuran Collectible Book “Omah Tanah” karya arsitek sekaligus seniman Budi Pradono. Bukan sekadar buku arsitektur, karya ini merupakan perayaan tentang hubungan manusia dengan tanah sebagai material, medium, sekaligus narasi spiritual.

Buku “Omah Tanah” bukan hanya menuturkan perjalanan desain dan idealisme sang arsitek dalam membangun rumah di Pantai Loji, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, tetapi juga menawarkan pengalaman multisensori. Di dalam kemasan eksklusifnya, buku ini menyertakan material tanah asli, seolah mengajak pembaca untuk menyentuh langsung sumber gagasan yang menghidupi proyek tersebut. Tak heran bila edisi ini disebut sebagai collectible book, sebuah artefak budaya yang memadukan pengetahuan, materialitas, dan nilai artistik.

Peluncuran resmi buku ini dihelat di panggung Art Jakarta dengan format bincang santai bersama kurator Bambang Asrini dan dimoderatori oleh Theresia Purnomo, seorang arsitek sekaligus pengamat desain. Dalam percakapan itu, ketiganya menyingkap lapisan makna di balik “Omah Tanah” — mulai dari proses kreatif, filosofi di balik pemilihan tanah sebagai bahan utama, hingga refleksi tentang keberlanjutan dan spiritualitas arsitektur.

“Tanah menyatukan manusia dengan alam dan mentransmisi pesan sejak awal peradaban. Ia tidak hanya material tertua, tapi juga medium spiritual dan budaya yang paling kuat”, ujar Budi Pradono, menjelaskan gagasan di balik karyanya.

“Konsep pernaungan dalam arsitektur Timur sangat selaras dengan filosofi tanah, tentang kembali ke asal, dan memahami batas”, imbuh Budi Pradono.

Selain itu Budi Pradono juga menyinggung warisan pemikiran Eko Prawoto, arsitek-budayawan yang kerap mengingatkan bahwa “arsitek harus tahu diri” menempatkan sesuatu seperlunya di tanah yang lebih tua. Prinsip itu menjadi pijakan bagi Budi dalam menggali makna keberlanjutan yang tak hanya bersifat teknis, tetapi juga etis dan emosional.

Menurut Bambang Asrini, buku ini bukan sekadar dokumentasi arsitektur, melainkan “buku pengetahuan” yang melampaui batas disiplin.

“Omah Tanah bukan hanya artefak arsitektural, tetapi juga ekspresi psiko-geografis yang merekam kebudayaan di Pantai Loji sebuah situs Geo Park UNESCO”, tutur Bambang Asrini.

Bagi para pemerhati desain, arsitektur, seni, dan lintas disiplin, kehadiran “Omah Tanah” menjadi refleksi tentang bagaimana arsitektur bisa menjadi pernyataan spiritual dan ekologis. Buku ini menegaskan bahwa keberlanjutan sejati lahir bukan dari teknologi semata, melainkan dari kesadaran akan hubungan manusia dengan tanah, dari dalam hati hingga wujud nyata dalam bangunan.

Dengan peluncuran di Art Jakarta 2025, Budi Pradono sekali lagi menegaskan posisinya bukan hanya sebagai arsitek yang membangun struktur, tetapi sebagai seniman yang membangun kesadaran tentang tempat, waktu, dan akar kebudayaan yang menumbuhkan kita semua. (devin; foto bams)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.