Indonesiasenang-, Tidak hanya mengunjungi Yehliu Geopark, Menara 101, Lampion Pingxi Old Street, Taipei Zoo, atau menikmati kuliner khas Taiwan, Naila Novaranti selaku instruktur terjun payung profesional juga menyempatkan menjajal iFly Wind Tunnel Skydive Indoor di Taichung, sebuah wahana yang menyediakan bagi siapa saja yang ingin belajar terbang secara indoor. Begitulah saat lawatan dirinya yang diinisiasi panitia Kongres Diaspora Indonesia, selama empat hari di Taiwan.
Bahkan dalam kunjungannya tersebut, Naila Novaranti mencatat banyak spot spot wisata yang tidak hanya eksotis dan indah namun juga ekstrem serta menantang sebagai alternatif pilihannya untuk lokasi penerjunan parasutnya.
“Kebetulan aku memang menjadi salah satu orang Indonesia yang tinggal di luar negeri dan di pandang memiliki prestasi sebagai perempuan penerjun payung ektrim satu-satunya di Indonesia. Dan kebetulan selama empat hari di Taiwan sekaligus mencari spot-spot pendaratan yang ekstrem, karena saya sangat menyukai tantangan”, jelas Naila Novaranti.
Dan ternyata di Taiwan punya beberapa lokasi yang layak dijadikan tempat terjun payung yang ekstrem dan menantang, lanjutnya dengan view yang sangat indah. Jadi harus dicoba sekaligus menikmati keindahan Taiwan. Meski butuh persiapan yang cukup juga perijinannya, karena kita tidak bisa asal terjun. “Ada kode etiknyalah”, ungkap Naila Novaranti.
Ada tiga spot lokasi yang merupakan lokasi-lokasi yang menurutnya punya tantangan tersendiri, seperti Yehliu Geopark, Taman Batu Karang dengan pemandangan laut biru yang cantik dan indah. Pemandangan batu karangnya luar biasa, beraneka bentuknya yang berada di kawasan semenanjung dengan panjang 1.700 meter.
Spot berikutnya, yakni Menara 101 Taipei Taiwan yang termahsyur. Menara yang menjadi gedung tertinggi kedua di dunia ini memiliki 101 lantai dengan luas total 450.000 meter persegi. Dan spot terakhir, yakni Pingxi Old Street, sebuah kota yang kaya akan sejarah budaya dengan pemandangan alam yang indah. Ada teradisi kuno yang dilakukan di tempat tersebut. Sebuah lokasi doa yang menjadi objek wisata sekaligus tempat untuk menerbangkan puluhan lampion.
Bagi Naila Novaranti, setiap negara memiliki lokasi atau spot pendaratan yang indah, menakjubkan dan penuh tantangan. Namun yang harus diperhitungkan apakah spot pendaratan di lokasi-lokasi tersebut untuk terjun payung ekstrem diijinkan atau tidak. Karena clearance atau tidak perijinannya pasti setiap negara berbeda-beda sistemnya.
Seperti diketahui, Naila Novaranti merupakan instruktur profesional terjun payung dunia yang melatih para penerjun payung baik dari kalangan militer maupun sipil di 46 negara di dunia. Dirinya pun berhasil menaklukan Gunung Everest pada medio November 2018 lalu. Termasuk aksi terjun payungnya dari ketinggian Mount Everest di Nepal dalam kondisi cuaca yang sangat berbahaya. Selain yang bakal dilakukannya itu, yakni melakukan rekor penerjunan di benua paling dingin di Atlantik pada penghujung tahun 2019.
Tak heran bila Naila Novaranti didapuk menjadi Perempuan Penerjun Payung Ekstrem Pertama dari Indonesia di Kongres Diaspora Internasional 2019 pada 10 Agustus 2019. Dan sebagai atlet penerjun payung, Naila tentunya bertekad untuk terus memecahkan rekor di setiap tahunnya dalam aksi penerjunan payung di lokasi-lokasi yang dianggap paling ekstrem. (rls; foto dok)