Indonesiasenang-, Di tengah dinamika modern Jakarta, warisan budaya Betawi terus hidup melalui beragam tradisi, salah satunya maen pukulan Gombel Akal Jati Aji Pangarangan. Lebih dari sekadar adu kekuatan fisik, maen pukulan ini merepresentasikan kegembiraan, kepekaan rasa, serta nilai-nilai filosofi yang diwariskan lintas generasi.

Dalam tradisi Betawi, istilah maen pukul sengaja digunakan untuk menegaskan bahwa seni bela diri ini tidak semata bertujuan melukai, melainkan menjadi permainan yang sarat makna budaya. Ragam aliran maen pukul berkembang seiring ritual dan kehidupan masyarakat Betawi, dan Gombel Akal Jati Aji Pangarangan menjadi salah satu yang paling unik.

Nama Gombel sendiri berasal dari kata Jimbel, yang berarti memegang erat, menempel, dan dekat. Sementara Akal Jati Aji Pangarangan dimaknai sebagai penerapan rasa, ucapan, dan nilai yang tidak sembarangan. Filosofi tersebut menegaskan bahwa maen pukulan ini menitikberatkan pada kecerdikan, kepekaan rasa, serta kontrol diri dalam bertarung.

Sejarah mencatat, maen pukulan yang berasal dari Kampung Ciracas ini pertama kali dikenalkan oleh tokoh Betawi Tionghoa bernama Baba Tua Koncan pada sekitar tahun 1860, sebagaimana tertulis dalam buku Maen Pukulan Pencak Silat Betawi karya G.J. Nawi. Baba Tua Koncan dikenal gemar berkelana ke hutan Ciracas, mengamati pertarungan hewan serta fenomena alam dan gaib, yang kemudian menginspirasi lahirnya maen pukulan Gombel.

Menjelang akhir hidupnya, Baba Tua Koncan hijrah ke Patok Beusi, Subang, Jawa Barat. Jejak ajarannya tetap lestari hingga kini melalui para keturunannya, salah satunya Nabil Usna Al Ghifari, atau akrab disapa Bang Kucay, yang mengembangkan maen pukulan Gombel lewat Perguruan Mutiara Betawi.

Di perguruan ini, aspek budaya kental terasa melalui tradisi Mulang Syarat, sebuah ritual wajib bagi murid yang telah mengikuti latihan tiga kali. Para murid diminta membawa ketan, ikan lele, dan ayam jago. Ketan melambangkan kekuatan dan keteguhan, ikan lele mencerminkan kesabaran serta daya tahan, sementara ayam jago mengajarkan kerendahan hati, bahwa menjadi jago tidak harus selalu dipamerkan.

Dari sisi olahraga bela diri, maen pukulan Gombel Akal Jati Aji Pangarangan memiliki ciri khas gerakan cepat, pertarungan jarak rapat dan menempel, serta keuletan gerak yang nyaris tanpa henti. Berbeda dengan aliran lain yang menonjolkan jurus-jurus baku, maen pukulan ini lebih menekankan langkah dan kotek sebagai fondasi utama.

Terdapat sembilan jurus dasar dan enam langkah utama, mulai dari langkah tiga, empat, lima, tujuh, hingga dua belas. Setelah menguasai teknik dasar, murid akan mempelajari penggunaan senjata golok serta kembangan jurus yang mencapai 15 variasi.

Sebagai bagian dari pencak silat Betawi, maen pukulan Gombel Akal Jati Aji Pangarangan bukan hanya olahraga bela diri, tetapi juga ekspresi budaya yang mencerminkan nilai kesabaran, kecerdasan, dan keharmonisan. Di tengah arus globalisasi, keberadaannya menjadi pengingat bahwa tradisi lokal tetap relevan dan layak dilestarikan sebagai identitas budaya sekaligus olahraga warisan Nusantara. (dewa; foto hsbb)