Indonesiasenang-, Bersatu dalam sebuah kolaborasi esentrik musikus lintas generasi dan genre asal Kota Kembang Koil, Kuburan, dan Doel Sumbang  menafsirkan ulang lagu religi Sunda legendaris, Tuturut Munding. Dengan sentuhan musikal pancarona, kolaborasi ini menghadirkan distorsi rock/metal, humor khas, serta kritik sosial yang tajam, menjadikannya cara unik dalam menyambut Ramadan.

Dirilis pertama kali pada 1990-an oleh Doel Sumbang, Tuturut Munding telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Sunda saat Ramadan, terutama dalam membangunkan sahur dan perayaan malam takbiran. Lagu ini terkenal dengan liriknya yang penuh sindiran terhadap mereka yang melanggar kewajiban puasa.

Koil dengan karakter industrial rock-nya, Kuburan dengan gaya rock komedi, serta Doel Sumbang dengan pop Sunda khasnya, mempertahankan identitas masing-masing dalam kolaborasi ini. Tafsir ulang Tuturut Munding dibangun dengan fondasi rock/metal yang diperkaya elemen synthesizer, sinkopasi ala prog-rock, hingga nuansa Timur Tengah, menciptakan lanskap musik yang inovatif dan penuh kejutan.

“Kolaborasi ini adalah bagian dari sejarah. Hasilnya jauh dari bayangan saya, tetapi keren! Esensi kolaborasi memang harus keluar dari pakem sebelumnya, dan mereka berhasil menciptakan sesuatu yang baru namun tetap menghormati orisinalitasnya”, kata Doel Sumbang, yang turut mengisi vokal dalam versi terbaru lagu ini.

Secara etimologis, Tuturut Munding berarti mengikuti kerbau, menggambarkan orang yang ikut-ikutan tanpa berpikir matang. Dalam konteks lagu, tokoh yang tidak berpuasa dianalogikan sebagai kerbau, karena hewan tidak memiliki kewajiban berpuasa seperti manusia.

“Lagu ini berbicara tentang pembangkangan, bukan hanya individu, tetapi fenomena sosial yang sudah menjadi kebiasaan. Ramadan seharusnya menjadi waktu untuk refleksi, tetapi masih banyak yang melanggarnya. Lagu ini menyindir perilaku tersebut”, jelas Doel Sumbang.

Bagi Kuburan, Tuturut Munding memiliki nilai nostalgia sekaligus relevansi sosial. “Kami sering melihat kelakuan seperti dalam liriknya. Tidak puasa, tapi saat buka malah makan paling banyak, padahal tidak ikut patungan. Pulangnya nebeng lagi! Duh, bikin geram”, ujar Raka Auliantara dari Kuburan.

Proyek ini berawal dari obrolan antara Koil dan Kuburan sejak November lalu. Pemilihan lagu berasal dari rekomendasi Kuburan, dan seiring berjalannya waktu, Doel Sumbang turut serta, menjadikan kolaborasi ini semakin lengkap.

“Ini kali pertama Koil menggarap lagu bertema Ramadan. Dengan perpaduan citra serius Koil dan humor khas Kuburan, hasilnya sangat unik”, kata Leon Legoh, drummer Koil.

Lagu Tuturut Munding, yang sepenuhnya dikerjakan di Bandung, telah melewati tahap akhir mixing dan mastering oleh Al Azthra Verdijantoro alias Azthraal. Mulai hari ini, lagu ini dapat didengarkan di berbagai platform streaming musik, termasuk Spotify, YouTube Music, Apple Music, TikTok, dan Deezer.

Versi video musiknya tersedia di kanal Koil, MiTRA iBLiS, sementara video lirik dapat disaksikan di KUBURAN Band Official. Sebagai bagian dari proyek ini, berbagai versi remix dan karaoke juga akan dirilis.

Lagu ini akan diperkenalkan secara langsung dalam showcase khusus di YESS Coffee & Eatery, Bandung, malam ini. Acara ini sekaligus menjadi pembuka rangkaian tur Ramadan Koil dan Kuburan ke berbagai kota di Jawa Barat.

Kolaborasi ini bukan sekadar eksplorasi musikal, tetapi juga pengingat akan makna Ramadan yang sejati. “Semoga lagu ini menjadi pengingat untuk lebih memaknai arti hidup dan membawa manfaat bagi semua”, pungkas Raka Auliantara. (sugali; foto kkds)