KETIKA BERHENTI DI SINI, Kisah Tentang Kacamata Pengobat Rindu

Film bergenre drama sci-fi masih hal baru di Indonesia. Umay mengemasnya senatural mungkin tak terkesan dipaksakan. Poin 8 dari 10 cocok diberikan untuk film Ketika Berhenti di Sini.

KETIKA BERHENTI DI SINI, Kisah Tentang Kacamata Pengobat Rindu

Indonesiasenang-, Film drama fantasi produksi Sinemaku Pictures dan Legacy Pictures berjudul "Ketika Berhenti di Sini" siap hadir untuk mengaduk-aduk perasaan para penikmat film drama. Dibintangi oleh sederet aktris dan aktor yang tak asing lagi seperti Prilly Latuconsina, Refal Hady, Lutesha Sadhewa, Bryan Domani, Cut Mini Theo, Sathrya Gozali, Widyawati, dan Indra Brasco serta pemain pendukung lainnya, film ini siap tayang pada 27 Juli 2023 mendatang.

Sang Sutradara, Umay Shahab mengungkapkan bahwa filmnya kali ini bercerita tentang kerinduan seseorang yang trauma akan kehilangan orang-orang terkasihnya sehingga belum bisa menerima dalam waktu yang sebentar. "Akhirnya film ini bisa kita persembahkan buat masyarakat Indonesia. Kurang lebih selama tiga tahun persiapan, mempersiapkan cerita, properti seperti kacamata AI itu juga memerlukan waktu yang lama." Jelas Umay kepada awak media pada acara Press Conference film Ketika Berhenti di Sini, Senin, 24 Juli 2023.

Cerita di film ini menggambarkan bagaimana seorang Dita (Prilly Latuconsina) yang belum bisa menerima bahwa orang-orang terkasihnya pergi. Hingga akhirnya ia mendapatkan kacamata AI yang disiapkan Ed (Bryan Domani) yang merupakan kekasih Dita sebelum ia meninggal. Dita yang selama dua tahun berusaha melupakan, mengikhlaskan Ed dan menjalin hubungan dengan Ifan (Refal Hady)
yang merupakan sahabat sekaligus menjadi kekasih Dita setelah Ed meninggal. Namun usaha Dita untuk move-on justru gagal setelah Dita akhirnya kembali tersenyum ketika ia bisa "melihat" Ed melalui kacamata AI itu. Dia lupa, bahwa kenyataannya Ed telah tiada.

Refal Hady, yang merupakan salah satu tokoh utama di film ini mengungkapkan bagaimana ia merasakan kehilangan yang mendalam dalam kehidupan nyatanya, sehingga ia bisa memahami kesedihan di film ini. "Gue anak terakhir, jadi ketika gue gede ortu gue udah tua. Mereka udah terlalu tua. Diusia 19 tahun bokap pergi duluan, gue dan nyokap berusaha melanjutkan  hidup. Namun akhirnya gue harus kehilangan nyokap. Saat nyokap juga pergi, gue merasa kehilangan pondasi hidup gue. Sekarang yang bisa gue lakukan sekarang adalah bangkit dan membanggakan mereka di sana." Jelas Refal ketika sedikit bercerita rasa rindu dan kehilangan orang terkasih.

Review Film
Film "Ketika Berhenti di Sini" bisa dibilang menjadi the best movie selanjutnya yang dibintangi oleh Prilly Latuconsina. Kedewasaannya   makin nampak dalam setiap peran baru yang ia mainkan. Terbukti dari reaksi awak media yang menyaksikan Movie Screening di hari yang sama dengan press conference.

Menceritakan bagaimana sosok Dita, seorang gadis yang kehilangan sosok ayah yang paling disayanginya karena menderita sakit. Baginya, ialah yang paling bersalah karena merasa biaya kuliahnya adalah pengorbanan sang ayah yang lebih memilih mengalah daripada menggunakan biaya itu untuk berobat.

Rasa tak percaya, belum bisa menerima dan menyalahkan diri sendiri itu bertahan selama bertahun-tahun. Bagi Dita, itu adalah luka yang mustahil disembuhkan. Hingga akhirnya ia bertemu Ed, pria yang akhirnya berhasil mencuri hatinya. Ia tak sadar, ada sahabatnya, Ifan  yang sejatinya menyukai Dita sejak sekolah. Namun Ifan memilih untuk mengalah dan membiarkan Ed dan Dita bersatu.

Setiap hubungan tak akan terhindar dari pertengkaran. Itulah yang lambat laun muncul di tengah hubungan Dita dan Ed. Hingga suatu malam, setelah bertengkar dengan Dita, Ed meninggal karena kecelakaan.

Well, meski sempat dibuat sedikit lebih keras untuk mencerna setiap adegan dan narasi diawal film, namun menjelang konflik utama Prilly mampu menunjukkan kualitas aktingnya. Ia bisa mengekspresikan bagaimana sosok Dita yang trauma akan kehilangan. Apalagi saat Ed meninggal mendadak, perasaan syok, tidak percaya, marah, kecewa,rasa bersalah dapat digambarkan oleh Prilly.

Alurnya memang cukup lambat, dengan durasi hampir 2 jam, sepertinya Umay Shahab sebagai sutradara ingin cerita ini nampak natural dan tidak terburu-buru. Diawali dengan hal manis yang berubah perlahan menjadi kepahitan. Jujur saja, film yang bergenre drama sci-fi ini masih menjadi hal baru di Indonesia. Namun Umay dapat mengemasnya senatural mungkin dan tak terkesan dipaksakan. Alih-alih mengambil genre horror yang menampakan arwah orang terkasih, Umay memilih teknologi yang sedang berkembang yaitu AI untuk menampilkan "arwah" tersebut.

Untuk akhir film, Umay memilih akhir yang bahagia di film ini. Dan meskipun telah lulus sensor untuk usia 13 tahun, namun sebaiknya film ini ditonton oleh remaja 17 tahun ke atas karena adanya adegan percintaan. Untuk keseluruhan karakter dan cerita film ini, poin 8 dari 10 rasanya cocok diberikan untuk film Ketika Berhenti di Sini. Tim Indonesia Senang merekomendasikan film ini buat kamu yang ingin mencoba berdamai dengan rasa kehilanganmu. Selamat menonton! (kintan; foto praba, sp)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.