Indonesiasenang-, Di tengah arus kuliner modern yang kian beragam, Jenang Jaket tetap bertahan sebagai penanda identitas rasa dan budaya masyarakat Banyumas. Jajanan tradisional berbentuk dodol atau jenang ini bukan sekadar pemuas lidah, melainkan simpul kenangan yang menghubungkan generasi, tradisi, dan kearifan lokal masyarakat pedesaan di sekitar Purwokerto.
Terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung ketan, gula aren, dan santan kelapa, Jenang Jaket menghadirkan tekstur lembut nan kenyal dengan warna cokelat kehitaman yang khas. Rasanya manis legit, berpadu gurih santan dan aroma kuat gula kelapa. Nama “Jaket” sendiri menyimpan cerita: ada yang menyebutnya singkatan dari Ja-jang Ke-tan atau Jajanan Ketan, ada pula yang memaknainya sebagai Jajanan Khas Enak Tenan, sebuah pujian tulus dari lidah rakyat.
Jenang Jaket tumbuh dari tradisi masyarakat Banyumas yang memanfaatkan hasil alam sekitar seperti kelapa, beras ketan, dan nira aren. Di masa lalu, pembuatan jenang menjadi ritual kolektif menjelang hajatan atau perayaan adat. Ibu-ibu rumah tangga berkumpul, bergantian mengaduk adonan di atas api sedang selama berjam-jam hingga kalis dan mengilap. Proses panjang ini menjadikan jenang bukan hanya makanan, melainkan simbol kebersamaan dan gotong royong.
Salah satu nama yang tak terpisahkan dari sejarah Jenang Jaket adalah Jenang Jaket H. Maskuri. Berdiri sejak era 1930-an, merek ini dikenal sebagai pelopor sekaligus ikon Jenang Jaket di Purwokerto. Resepnya diwariskan lintas generasi, menjaga keautentikan rasa yang membuat banyak orang kembali, baik untuk bernostalgia maupun mengenal tradisi.
Tak jauh dari sana, di kawasan depan Lapangan Mersi, sentra pembuatan jenang berdiri sejak 1990. Dari tangan almarhum Bapak Suharsyah hingga diteruskan anaknya, aroma manis jenang yang dimasak perlahan menjadi penanda waktu. Tempat ini menjadi magnet pecinta kuliner yang ingin mencicipi rasa yang “jujur” diolah dengan cinta dan kesabaran.
Jenang Jaket kerap hadir di tengah riuh hajatan, menyambut tamu dengan manisnya tradisi. Di luar acara adat, ia menjelma oleh-oleh khas Purwokerto, sepotong kecil Banyumas yang dibawa pulang para perantau. Ada dua varian klasik: jenang polos yang menonjolkan rasa asli, dan jenang bertabur wijen yang memberi sentuhan renyah di setiap gigitan.
Fakta Menarik Jenang Jaket
- Proses tradisional terjaga: Pengadukan terus-menerus di atas api sedang menentukan kualitas—kental, tidak lengket, dan berwarna gelap sempurna.
- Tanpa pengawet buatan: Kandungan gula aren tinggi dan proses masak lama berfungsi sebagai pengawet alami, membuat jenang tahan hingga beberapa minggu di suhu ruang.
- Inovasi rasa modern: Selain gula aren original, kini muncul varian durian, cokelat, hingga keju.
- Simbol kemakmuran & kebersamaan: Sejak dulu, jenang hadir di momen penting sebagai lambang rezeki dan kerja bersama.
Pada akhirnya, setiap potong Jenang Jaket adalah sepenggal cerita tentang dedikasi, kesabaran, dan cinta yang tak lekang oleh waktu. Ia bukan sekadar makanan, melainkan warisan budaya yang layak dijaga. Dalam setiap gigitan, rasa dan kenangan berpadu, membawa kita pulang ke Banyumas. (dewa; foto dpkb)