Indonesiasenang-, Musik rock selalu punya cara untuk hidup dan kembali menyala, bahkan ketika zaman terus berganti. Esensi dan semangatnya tak pernah lekang, diwariskan dari generasi ke generasi. Itulah yang dirayakan dalam IndoHits Gigs #2 – Rock Legacy, sebuah perhelatan musik yang digelar di Lithium Rooftop, Jakarta Selatan, Senin (08/09/2025).
Dihelat oleh Cadaaz Pustaka Musik bersama Uthie Project, gigs ini menghadirkan energi khas komunitas musik rock: hangat, penuh solidaritas, sekaligus meriah. Sejak pukul 20.00 WIB, lantai rooftop yang menghadap langit malam Jakarta dipenuhi penonton yang siap berpesta bersama musik rock dari berbagai warna.
Lineup malam itu mempertemukan enam band dengan karakter berbeda. iHateban membuka panggung dengan nuansa pop-rock yang ringan namun cukup memanaskan suasana. Giliran Trodon, trio instrumental progresif rock, atmosfer mulai terbakar lewat empat komposisi yang penuh kejutan aransemen.
Dentuman brit pop rock dari Partikel Penyusun Atom kemudian membawa penonton melompat bersama, disusul Pure Seven dengan nafas klasik rock yang kental. Seolah mesin waktu, mereka menyeret audiens kembali ke era kejayaan rock dengan aksi panggung solid dan nostalgia yang hidup.
Malam makin larut saat band psychobilly asal Temanggung, Prison of Blues, naik panggung. Dengan elemen horror lokal yang mereka bawa, aksi teatrikal dan musik liar mereka menambah warna sekaligus menghidupkan keriuhan.
Hingga akhirnya, giliran Lawang Pitu menjadi penutup. Dengan vokalis Trison Manurung yang sudah tak asing di dunia rock tanah air, mereka menghantam Lithium Rooftop dengan sound keras dan otentik. Tak hanya lewat karya orisinil, mereka juga menyisipkan nomor klasik band legendaris. Momen klimaks pun pecah ketika sang bassist Asisi secara spontan membagikan uang kepada penonton, membuat sorak-sorai dan teriakan “one more!” menggema di udara.
Lebih dari sekadar pertunjukan musik, IndoHits Gigs #2 menjadi ruang temu komunitas, tempat musisi dan penonton larut dalam energi yang sama. Tema Rock Legacy bukan sekadar slogan, melainkan pengingat bahwa musik rock di Indonesia masih berdenyut kencang. Dari pop-rock hingga metal, dari progresif hingga psychobilly, semuanya bersatu merayakan satu hal: warisan rock yang tak pernah padam.
Acara ini juga menegaskan bahwa semangat musik tidak hanya tumbuh di panggung besar, tapi juga hidup di level komunitas di mana kebersamaan, spontanitas, dan gairah jadi bahan bakar utama. IndoHits Gigs #2 akhirnya menutup malam dengan satu pesan sederhana bahwa rock bukan sekadar musik, tapi jiwa yang diwariskan lintas generasi. (satria; foto fxe)
