Indonesiasenang-, Sinemata Buana Kreasindo (SBK) Productions kembali menghadirkan gebrakan di perfilman Indonesia melalui film drama romantis-religi bertajuk Ibadah dan Cinta (IDC), yang disutradarai oleh Jastis Arimba. Film ini dijadwalkan tayang pada awal 2026 dan telah memulai proses produksinya melalui acara syukuran di Wisma SMR, Sunter, Jakarta Utara pada Kamis (17/07/2025).
Mengangkat kisah lintas budaya dan spiritual, Ibadah dan Cinta mengikuti perjalanan batin Rico, seorang pemuda keturunan Indonesia yang tinggal di Australia. Saat mengunjungi Indonesia, Rico bertemu dengan kehidupan pesantren dan mengenal Santun, seorang santri perempuan. Pertemuan mereka membuka ruang bagi cinta dan perenungan spiritual yang mendalam.

Salah satu kekuatan visual film ini terletak pada lokasi syutingnya yang memadukan keindahan Melbourne, Australia—termasuk dataran tinggi Grampians, Port Campbell, dan Twelve Apostles—dengan suasana religius di pesantren Indonesia seperti Pesantren Darunnajah, Cipining (Bogor), serta area di Tapos, Cigombong, dan Sukabumi.
“Melbourne bukan sekadar eksotik, tapi memiliki nuansa yang memperkuat konflik batin sang tokoh utama. Film ini juga membahas gap budaya sebagai konflik sentral,” ujar produser Rendy Gunawan.
Sutradara Jastis Arimba menegaskan bahwa Ibadah dan Cinta bukan sekadar kisah asmara, melainkan refleksi tentang bagaimana cinta yang tulus bisa menjadi bagian dari ibadah.
“Film ini ingin menunjukkan bahwa memperjuangkan cinta sejati adalah bentuk ibadah itu sendiri,” jelasnya.

Proses pengembangan cerita dilakukan melalui workshop intensif selama 12 hari untuk membangun chemistry antarpemain dan memperkuat narasi emosional. Film ini dibintangi oleh Indah Permatasari dan Achmad Megantara, serta didukung oleh Mathias Muchus, Jamie Aditya, Elma Theana, Berliana Lovell, Sita Permatasari, Adhin Adnan, dan Stevan Rizky.
Ibadah dan Cinta menjadi kolaborasi keempat antara Multi Buana Kreasindo (MBK) dan Sinemata Productions, menyusul kesuksesan film Pengin Hijrah (rilis Oktober 2025), The Bell: Panggilan untuk Mati, dan Ghost Soccer: Bola Mati.
“Kami targetkan produksi selesai dalam 25 hari dan berharap film ini bisa membawa warna baru dalam sinema religi Indonesia—menghibur sekaligus menggugah,” pungkas Rendy Gunawan.
Dengan kekuatan cerita, sinematografi lintas benua, dan nilai spiritual yang menyentuh, Ibadah dan Cinta siap menjadi sajian sinematik yang inspiratif dan berkesan. (kintan; foto gunz)