Indonesiasenang-, Di atas panggung gemerlap Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) 2025, batik kembali menunjukkan wajah terbarunya lebih segar, lembut, dan sarat makna. Lewat pagelaran bertajuk “Naturally Cultural: When Culture Meets Nature, Pursued by Research and Innovation”, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggandeng Alleira Batik, Dharma Wanita Persatuan BRIN, dan Kebun Raya Bogor untuk mempersembahkan kolaborasi unik antara sains, alam, dan budaya.

Tak sekadar peragaan busana, acara ini menjadi perayaan atas harmoni antara inovasi dan tradisi, sekaligus perwujudan komitmen BRIN untuk melestarikan alam Indonesia sambil memperkuat warisan budayanya.

“Kemajuan riset dan teknologi harus berjalan beriringan dengan pelestarian alam dan budaya”, ujar Prof. Dr. (HC) Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Dewan Pengarah BRIN, dalam sambutannya.

Beliau mengingatkan pentingnya peran generasi muda dalam menciptakan produk kreatif yang tak hanya estetik, tetapi juga berakar pada identitas bangsa.

Indonesia, katanya, bukan hanya negara dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, tetapi juga super power di bidang budaya, dua kekuatan yang bila disatukan, akan menjadi modal besar menuju masa depan Indonesia yang berkelanjutan.

Koleksi Spring/Summer 2026 (SS26) Alleira Batik tampil menawan dengan motif flora khas Kebun Raya Bogor, mulai dari Rafflesia Arnoldii, bunga bangkai raksasa (Amorphophallus Titanum), hingga anggrek dan teratai yang sarat filosofi.

Menariknya, motif dasar koleksi ini diambil dari karya lukisan teman-teman Down Syndrome binaan Carys Cares, yang kemudian diolah menjadi busana batik kontemporer dan lifestyle items. Warna-warna lembut seperti lembayung dan hijau toska berpadu dengan merah berani, menghadirkan harmoni antara lembutnya alam dan semangat kebudayaan Nusantara.

“Setiap karya di sini punya cerita, dan setiap pembeli ikut berkontribusi dalam pemberdayaan teman-teman Down Syndrome”, ungkap Dany Handoko selaku Penasihat Dharma Wanita Persatuan BRIN.

Pagelaran ini turut dihadiri para tokoh perempuan Indonesia seperti Shinta Kamdani Widjaja (Ketua Umum APINDO), Alexandra Askandar (Wakil Direktur Utama BNI), dan Marlyn Maisarah Sugiono, anggota DPR RI sekaligus istri Menteri Luar Negeri.

“Inilah bukti bahwa kreativitas generasi muda Indonesia tidak mengenal batas. Batik bisa menjadi alat diplomasi budaya yang kuat, lembut, namun berdaya”, kata Marlyn Maisarah Sugiono.

Acara semakin semarak ketika Armonia Choir menutup malam dengan lagu “Rungkad” dan “Melodi Cinta,” menambah nuansa elegan dengan balutan kebaya dan batik.

Kepala BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, riset, industri, dan budaya — untuk menciptakan ekosistem inovasi yang berkelanjutan. “Riset bukan hanya soal laboratorium, tapi tentang kehidupan sehari-hari. Tentang kain batik, tentang cara kita memaknai alam,” ujarnya.

Sementara Joannes Ekaprasetya Tandjung, Ph.D, Direktur Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, menambahkan bahwa kerja sama semacam ini adalah contoh nyata win-win partnership antara BRIN dan pelaku industri. “Apalagi, pagelaran ini berlangsung di bulan Hari Batik Nasional, sebuah simbol yang mempertemukan masa lalu, masa kini, dan masa depan budaya Indonesia,” ujarnya.

“Naturally Cultural” menegaskan satu hal: bahwa mode, alam, dan riset bisa berjalan dalam satu tarikan napas. Dari bunga langka yang tumbuh di Kebun Raya, dari riset ilmiah yang mendalam, hingga goresan kuas teman-teman Down Syndrome, semuanya melebur dalam satu harmoni indah di atas kain batik.

Batik kembali hidup bukan hanya sebagai warisan, tetapi sebagai bahasa baru yang menuturkan kisah Indonesia yang terus berinovasi tanpa kehilangan akar budayanya. (ridho; foto pifw)