Indonesiasenang-, Jogja tidak hanya dikenal sebagai kota budaya, tetapi juga sebagai surga kuliner. Dari sekian banyak sajian khasnya, ada satu hidangan sederhana yang justru menyimpan daya tarik luar biasa: Bakmi Jawa.
Bakmi Jawa berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, dengan cita rasa gurih khas yang lahir dari perpaduan bumbu rempah dan cara memasak tradisional. Bukan sekadar mie, hidangan ini adalah representasi budaya kuliner yang masih setia mempertahankan warisan leluhur.
Salah satu hal paling ikonik dari bakmi Jawa adalah cara memasaknya. Para pedagang masih menggunakan anglo, tungku tanah liat dengan arang sebagai sumber panas. Proses memasak yang lebih lama ini menghasilkan aroma asap tipis dan rasa yang dalam, sesuatu yang sulit ditemukan bila dimasak dengan kompor gas.
“Rasa kuahnya jadi lebih nendang, ada aroma khas arang yang bikin beda”, ujar banyak penikmat bakmi Jawa ketika ditanya mengapa selalu kembali mencari kuliner ini.
Mie yang digunakan adalah mie kuning basah bertekstur kenyal. Untuk melengkapi rasanya, pedagang biasanya menambahkan ayam kampung suwir, telur bebek kocok, serta bumbu tradisional seperti bawang merah, bawang putih, merica, kemiri, dan kadang ebi untuk memperkaya gurihnya kuah.
Meski sama-sama dimasak di atas arang, bakmi Jawa hadir dengan beberapa variasi :
- Bakmi Godhog (Rebus): Disajikan dengan kuah kaldu ayam kampung, ditambah telur yang membuat kuahnya creamy.
- Bakmi Goreng: Lebih kering tanpa kuah, cocok untuk pecinta rasa gurih yang pekat.
- Bakmi Nyemek: Teksturnya di antara rebus dan goreng, dengan kuah sedikit namun tetap lembap.
Ketiga varian ini sama-sama menghadirkan sensasi hangat dan kaya rasa, sangat cocok dinikmati di malam hari.
Di Yogyakarta, beberapa warung bakmi Jawa telah menjadi destinasi kuliner yang diburu wisatawan. Berikut rekomendasi yang layak masuk daftar perjalanan kuliner :
1. Bakmi Jawa Mbah Mo (Bantul, sejak 1986)
Kuah gurih telur bebek dan ayam kampung, dimasak dengan anglo. Lokasinya agak pelosok, tapi banyak yang rela jauh-jauh demi rasanya.
2. Bakmi Pak Pele (Alun-Alun Utara, sejak 1983)
Populer di kalangan artis hingga pejabat. Menyajikan bakmi godhog dengan kaldu ayam kampung yang kental.
3. Bakmi Jawa Mbah Gito (Kotagede, sejak 2005)
Terkenal dengan interior kayu Jawa klasik yang Instagramable. Cocok untuk kuliner sekaligus nongkrong.
4. Bakmi Jawa Pak Geno (Mantrijeron, sejak 1958)
Salah satu pelopor bakmi Jawa di Jogja. Konon, Presiden Soeharto termasuk pelanggan setianya.
5. Bakmi Jawa Shibitsu (Jl. Bantul)
Diracik oleh pedagang tunawicara dengan cita rasa autentik dan harga ramah. Menjadi hidden gem bagi pencinta kuliner.
Bakmi Jawa bukan hanya soal makanan, tetapi juga pengalaman. Menunggu mie dimasak perlahan di atas bara arang, mencium aroma bumbu yang ditumis, hingga menyeruput kuah hangatnya di malam hari, semua adalah bagian dari romantika kuliner Jogja.
Di tengah gempuran kuliner modern, bakmi Jawa tetap bertahan sebagai ikon yang dirindukan. Sederhana, namun selalu meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang mencicipinya. (triyadi; foto hpdiy)