Indonesiasenang-, Sebuah mitos kuno yang nyaris terlupakan dari tanah Jawa akan segera menghantui layar bioskop Indonesia. Sutradara Fajar Nugros, yang sebelumnya menuai pujian lewat Inang (2022), kembali mengulik horor bercampur budaya lewat film terbarunya, Perempuan Pembawa Sial. Kali ini, ia mengangkat kisah Bahu Laweyan — kutukan mematikan yang jarang sekali diangkat dalam perfilman nasional.

Dalam tradisi lisan Jawa, Bahu Laweyan adalah tanda lahir sebesar koin di bahu kiri perempuan, yang konon membawa malapetaka. Si pemilik tanda ini akan kehilangan setiap suami yang dinikahinya secara tragis, kecuali jika ia menikah tujuh kali untuk memutus kutukan. Asal-usulnya menelusuri abad ke-18, ketika Raja Keraton Hadiningrat, Pakubuwono II, mengutuk perempuan Laweyan karena dendam pribadi. Kutukan itu diwariskan lintas generasi, menjadi cerita kelam yang dibisikkan dari mulut ke mulut.

Di layar lebar, kisah ini berwujud dalam tokoh Mirah (Raihaanun), perempuan yang baru saja menikah namun mendadak kehilangan suaminya secara tragis. Terusir dan dicap pembawa sial oleh warga, Mirah mulai menyadari bahwa hidupnya mungkin berada di bawah bayang-bayang Bahu Laweyan. Dalam pencariannya akan kebenaran, ia bertemu Bana (Morgan Oey), pemilik warung makan yang tak gentar mendekatinya. Namun, di balik benih cinta yang tumbuh, mengintai ancaman maut setiap kali mereka bersentuhan.

Fajar Nugros membungkus cerita ini dengan atmosfer mencekam, lapisan drama emosional, dan filosofi karma khas budaya Jawa. Riset mendalam terhadap cerita rakyat memberi kekuatan pada detail visual dan alur naratifnya, sehingga Perempuan Pembawa Sial menjanjikan pengalaman menonton yang tak hanya memicu adrenalin, tapi juga membekas secara emosional.

Film ini akan mulai menghantui penonton pada 18 September 2025 di seluruh bioskop Indonesia. Bagi pencinta horor yang dibalut budaya lokal, Perempuan Pembawa Sial adalah undangan untuk menatap langsung mata Mirah dan mungkin, menemukan kebenaran di balik kutukan Bahu Laweyan. (alvin; foto fpps)