Badaya (Bedhaya) Rancaekek Tarian Penyambutan Para Bangsawan

Badaya (Bedhaya) Rancaekek Tarian Penyambutan Para Bangsawan

Indonesiasenang-, Tari Badaya Rancaekek merupakan tarian putri lungguh, diciptakan oleh R. Sambas Wirakusumah pada tahun 1925. Tarian ini menggambarkan para penari bangsawan yang sedang menari di pendopo atau di tempat para menak untuk menyambut tamu. Pada tarian ini menggunakan iringan asli namun ditambahkan dengan suara dari kecapi dan suling pada bagian awal sebelum masuk bagian Kakawen. Pada bagian tengah dilakukan pemadatan gerak, serta bagian akhir masih tetap menggunakan Badaya kering tetapi ditambah dengan suara dari kecapi, kendang dan suling.

Nunung Nurwati (Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP-Universitas Padjadjaran) dan Riyana Rosilawati.(Mahasiswa Pasca Sarjana FISIP-Universitas Padjadjaran) dalam sebuah Jurnal berjudul “Pengaruh Budaya Jawa Dalam Tarian Sunda Klasik di Bandung, Jawa Barat” mengatakan, Badaya Rancaekek merupakan perkembangan dari Tari Kawitan yang diciptakan khusus untuk tari puteri rampak (kelompok). Tari badaya ini berbeda dengan tari badaya yang terdapat di Keraton Cirebon atau Keraton Jawa Tengah. Menurutnya. Nama badaya di tatar Sunda beda arti dengan yang ada di Jawa Tengah.

Badaya ini diambil dari nama gending pengiring tarian yaitu lagu “Kawitan naik Badaya”. Keadaan seperti ini memacu seniman untuk menciptakan tari-tarian puteri yang semula dilarang tampil karena berkonotasi negatif, lambat laun hilang dengan sendirinya. Malahan menggeser kehidupan penari dan kehidupan tari putera di Jawa Barat.

Oleh sebab itu tari Sunda klasik yang hadir sebagai pembaru dari tari sunda sebelumnya, berhasil merubah image budaya Sunda. Tak hanya itu, pembaruan yang dilakukan juga berhasil membawa tarian klasik tersebut menjadi tari andalan tidak saja di Jawa Barat bahkan sampai ke luar negeri.

Tari Badaya Rancaekek riasannya disesuaikan dengan riasan yang lebih menonjolkan kewanitaannya, selain itu membantu mengidentifikasi tarian seperti karakter tarian atau keserasian busana. Properti yang digunakan pada tarian ini adalah sampur dan gangsar yang sudah melekat pada bagian busana tari. Properti ini sangat menunjang dan menjadi ciri khas pada tarian tersebut.

Yang mengharukan,Badaya Rancaekek yang dipersembahkan Smile Motivator ditarikan oleh tujuh penari puteri (Nita Ariani Junita, Syaliha Nuraini, Zahrah Luthfi Kholifah, Lutfiah Ulfi Suntara, Nur Marifah Suciani, Safaloui Zayyan Nasywa dan Reni Siti Juliani) berkebutuhan khusus seperti tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa yang memiliki talenta dan menampilkan drama teatrikal sarat makna untuk memberi dampak pada perubahan pola pikir dan jiwa yang positif.

Untuk menghasilkan gerak tari yang serempak mereka dipandu dengan bahasa isyarat oleh Ibu Eneng yang sekaligus berperan sebagai piñata tarinya.

Jaya Suprana, salah satu pendiri Laskar Indonesia Pusaka pada sambutan pembukaan Festival Bedhayan 2019 secara khusus menyoroti keikutsertaan kelompok penari puteri yang menyandang disabilitas tersebut. Pemimpin PT.Jamu Jago generasi ketiga itu mengatakan, penampilan para penari tuna rungu tersebut luar biasa. “Mereka menyadarkan pada kita semua bahwa mahkota dari apapun di planet bumi ini bahkan di alam semesta ini termasuk kebudayaan, kesenian, mahkotanya itu adalah kemanusiaan”, ujarnya.

Usai pertunjukan, para penonton yang hadir di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) petang itu pun menyambut dengan tepukan gemuruh dan melakukan standing applaus. Tak sedikit diantara penonton yang hadir mencucurkan air mata. Situasinya sangat mengharu biru. (rls; foto dok)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.