Indonesiasenang-, Di Indonesia, secara umum industri musik dan sektor pendukungnya termasuk ke dalam subsektor dari ekonomi kreatif. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, subsektor ekonomi kreatif memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional dengan menyumbangkan 7,44% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), 14,28% tenaga kerja, dan 13,77% ekspor. Data pun mencatat, ada sekitar 8,2 juta usaha kreatif di Indonesia yang didominasi oleh usaha kuliner, fesyen, dan kriya, sehingga 3 subsektor ini juga memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB Ekonomi Kreatif. Selain itu, ada 4 sub sektor dengan pertumbuhan tercepat yaitu TV dan radio; film, animasi, dan video; seni pertunjukan (panggung hiburan dan budaya); dan Desain Komunikasi Visual.
Saat pandemi Covid 19 melanda belahan dunia termasuk Indonesia, berbagai aspek kehidupan pun terdampak akibat wabah ini sehingga menyebabkan mati suri untuk beberapa saat khususnya panggung hiburan dan budaya. Berbagai acara pertunjukan musik pun mau tidak mau harus ditunda. Berdasarkan data pada Maret 2020 terdapat 40 konser, tur hingga festival musik yang sudah direncanakan harus dibatalkan. Pasalnya, promotor dilarang untuk membuat acara yang bisa mendatangkan kerumunan massa.
Ditahun 2022 industri seni pertunjukan musik di Indonesia mulai bangkit setelah dua tahun terpaksa tidur total dikarenakan kondisi pandemi Covid 19. Data festival musik di Indonesia semakin meningkat dimulai dari bulan Juli, dilihat dari munculnya berbagai festival dan konser di seluruh penjuru Indonesia. Dalam catatan Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), sepanjang 2022, ada lebih dari 50 festival musik, baik skala regional, nasional, maupun internasional. Belum lagi jika menghitung konser musik.
Namun, sejak beberapa hari terakhir, di media sosial ramai memperbincangkan acara musik yang direncanakan berjalan selama 3 hari di Jakarta. Tetapi seperti yang diketahui khalayak ramai, akhirnya tidak bisa dilaksanakan sesuai rencana. Acara festival musik tersebut dibatalkan pelaksanaannya pada hari ketiga.
APMI selaku asosiasi promotor musik pertama dan satu-satunya di Indonesia, meminta publik untuk melihat masalah ini secara obyektif, jernih, dan dengan kepala dingin. Suara APMI dan juga pecinta musik lainnya bisa mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang positif bagi industri terkait dengan pelaksanaan sebuah acara musik.
Dibatalkannya sebuah ijin acara musik harus dinilai dengan baik dan menjadi catatan bagi para penyelenggara acara pertunjukan musik khususnya di Indonesia. Promotor harus memahami Standar Operasional Prosedur (SOP) secara menyeluruh dan terinci. Tak hanya itu, promotor dan para pekerja di dalamnya juga harus mengikuti ketentuan aturan perizinan, juga menerapkan SOP yang sudah dibuat dan disetujui bersama.
Kebangkitan industri pertunjukan musik setelah masa pandemi Covid19 sebaiknya dilihat dari berbagai sisi. Ada banyak festival musik dan konser yang berjalan dengan lancar, rapi, dan tertib. Festival skala besar seperti Mandalika Music Vibes, Java Jazz Festival, Synchronize Festival, Hammersonic, Prambanan Jazz, Djakarta Warehouse Project, We The Fest, Soundrenaline, Jazz Gunung, Pengabdi Pesta, WattrWorld, Djavasphere, Northblast, Sonicfair, Now Playing Festival, JogjaROCKarta Festival, SHVR Ground Festival, HeyFest!, Festival LaguLaguan, Heads In the Clouds, Prost Fest, Wildground Fest, Mendadak Festival, The Sounds Project, Nyanyian Rindu, adalah bukti bahwa sebuah festival yang dikelola dengan baik, promotor yang mengetahui apa yang harus dilakukan, dan acara yang dijalankan sesuai Standard Operating Procedure (SOP), maka hasilnya adalah festival yang memberi kesan baik, dan memberikan penonton sebuah pengalaman membahagiakan.
Kebangkitan industri pertunjukan musik setelah masa pandemi Covid19 tentu disambut gembira oleh banyak pihak, sebab industri seni pertunjukan musik menghidupi puluhan ribu orang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Promotor acara musik bahagia karena bisa aktif dan mempekerjakan kembali kawan-kawannya yang sempat kehilangan pemasukan dikarenakan kondisi waktu itu. Para vendor girang karena peralatan dan perlengkapan yang sudah berdebu, bisa keluar lagi dari gudang. Para musisi serta pekerjanya sudah kembali bisa tampil menunjukkan karya musik mereka secara langsung untuk memberikan hiburan dengan kreatifitas yang selama ini terhenti selama 2 tahun.
Belum lagi jika sebuah festival atau konser mengundang penampil dari luar negeri, yang akan menjadi salah satu bentuk promosi Indonesia di mata penggemar musik dari luar negeri. Sehingga juga bisa memberikan dampak positif untuk industri contohnya perhotelan, transportasi, serta makanan dan minuman sama seperti acara musik lainnya.
Sekiranya pemerintah dapat tetap obyektif, adil, dan jeli dalam memberikan izin penyelenggaraan sebuah acara. Keputusan yang diambil akan mempunyai dampak terhadap industri yang baru saja bangkit kembali sedang berkembang pesat, serta melibatkan perputaran roda ekonomi yang kencang, dan mempekerjakan puluhan ribu orang.
APMI juga meminta pada teman-teman promotor, EO, dan para penyelenggara acara pertunjukan musik, untuk senantiasa menerapkan SOP keamanan acara demi kebaikan bersama. APMI sebagai satu-satunya asosiasi promotor musik di Indonesia bersedia melakukan kolaborasi pendampingan secara ketat dari awal hingga akhir penyelenggaraan. Dengan harapan semoga ke depan, kualitas penyelenggaraan pertunjukan musik di Indonesia akan semakin baik dan senantiasa meningkatkan standar mutunya.
Struktur Organisasi APMI
Ketua Umum : Dino Hamid (New Live Entertainment)
Sekretaris Jenderal : Emil Mahyudin (Nada Promotama)
Bendahara : Dwi Cahyono
Ketua Bidang Program dan Investasi :
Dewi Gontha (Java Festival Production)
Ketua Bidang Komunikasi dan Humas :
David Karto (Synchronize Fest)
Ketua Bidang Pengembangan dan Pendidikan :
Anas Alimi (Rajawali Indonesia)
Ketua Bidang Hubungan Internasional :
Darshan Pridhnani (HYPE Music Asia)
Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan :
Donny Junardy (Ravel Entertainment)
Anggota :
1. Mecimapro – Franciska Dwi Meilani
2. PK Entertainment – Kenny Harjani
3. The Sounds Project– Gerhana Banyu Biroe
4. Jazz Gunung – Nutfahadi Bagas
5. Megapro – Ahmad Qomaru Zaman
6. Ismaya Live – David Ferdian
7. Rich Music – Mochamad Andika Agustiansyah8. Dyandra - Eri Erlangga
(rls; foto doc.apmi/angga-nala)