Indonesiasenang-, Beberapa tahun silam, Lawang Sewu dikenal sebagai tempat yang menyeramkan dan berhantu sehingga wisatawan cenderung masih memandang ruangan-ruangan di tempat ini sebagai tempat mistis. Namun berkat pengelolaan dari pemerintah dan PT KAI memoles wajah Lawang Sewu menjadi lebih megah tanpa mengurangi nilai sejarah setiap sudutnya.
Banyak wisatawan yang datang ke Semarang pasti menyempatkan diri untuk berkunjung ke Lawang Sewu. Pasalnya, tempat wisata ini dikenal sebagai salah satu ikon pariwisata kota lumpia ini.
Sejarah Lawang Sewu
Awalnya, Lawang Sewu digunakan sebagai Kantor Pusat Kereta Api Swasta NISM (Nederlandschindische Spoorweg Maatschappij) yang dibangun di atas lahan seluas 18.232 m2. Bangunan utamanya mulai dibuat pada tahun 1904 dan selesai di pertengahan tahun 1907. Sedagkan bangunan lain di sekitarnya mulai dibangun tahun 1916 sampai 1918.
Arsitektur bangunannya dirancang oleh seorang arsitek berasal dari Amsterdam yaitu Prof. Jakob F. Klinkhamer dan BJ Ouendag. Jumlah pintu di bangunan ini sangat banyak hingga masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Lawang Sewu (Pintu Seribu). Banyaknya pintu ini memang sengaja dibuat agar sirkulasi udara di dalam gedungnya tetap terjaga.
Selain itu ada juga sudut yang unik serta megah yaitu ornamen kaca patri yang berasal dari pabrikan Johannes Lourens Schouten yang memiliki cerita tentang keindahan Jawa serta kejayaan kereta api pada masa itu.
Sekarang Lawang Sewu digunakan sebagai tempat wisata sejarah dan spot foto yang menawan. Bangunannya digunakan sebagai museum untuk menyajikan koleksi sejarah perkereta apian di Indonesia Beberapa koleksi seperti Alkmaar, mesin Edmonson, mesin TIK, replica Lokomotif Uap, mesin hitung, dan surat-surat berharga. Pengunjung juga dapat melihat berbagai koleksi foto saat pemugaran dan material restorasi yang digunakan. Ada juga perpustakaan yang berisi buku-buku tentang kereta api dan sejarahnya di Indonesia.
Sudut-Sudut Ruangan Di Lawang Sewu
Bagian sudut yang paling menarik wisatawan adalah ruang bawah tanahnya yang disebut-sebut sebagai tempat penyiksaan dan penjara bawah tanah saat masa penjajahan. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, ruang bawah tanah tersebut ditutup oleh pengelola Lawang Sewu untuk alasan keamanan dan menghindari bias sejarahnya.
Selain digunakan sebagai tempat wisata dan museum, Lawang Sewu juga sering dijadikan tempat untuk pameran, ruang pertemuan, pesta pernikahan, bazar, sampai festival.
Harga Tiket Masuk dan Jam Operasionalnya
Pengunjung bisa datang ke Lawang Sewu mulai dari jam 7 pagi hingga 9 malam. Harga tiket masuknya untuk dewasa adalah Rp 10.000,-, pejalar Rp 5.000,-, dan anak-anak Rp 5.000,-.
Lawang Sewu berada di Kawasan Tugu Muda Semarang yang di sekitarnya juga terdapat banyak wisata lain seperti Museum Perjuangan Mandala Bhakti, Gereja Katedral, dan Kampung Pelangi. Ditambah lagi dengan adanya fasilitas shelter BRT (Bus Rapid Transit) Semarang dapat digunakan wisatawan untuk berpindah ke tempat wisata lainnya di seluruh Semarang. (rls; foto dok)