Indonesiasenang-, Indonesia bukan hanya memiliki alam yang indah dan hasil bumi yang melimpah, namun juga memiiki ribuan kebudayaan yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Sehingga pesona wisata yang ditawarkan memiliki spektrum yang sangat luas dan menjanjikan pengalaman tak terlupakan pada setiap kunjungan para wisatawan.
Salah satu yang bida menjadi daya tarik dan ditemukan adalah olahraga tradisional khas daerah di Indonesia. Olahraga tradisional atau permainan tradisional merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang memiliki kemurnian dan corak tradisi setempat sebagai aset budaya bangsa yang memiliki unsur olah fisik.
Sejak digulirkannya Undang Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, perhatian pemerintah untuk memunculkan dan melestarikan serta mengembangkan kembali budaya permainan tradisional sudah semakin terlihat.
Olahraga tradisional, yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga bisa jadi daya tarik wisata ini, memberikan pemahaman lebih mengenai budaya masyarakatnya. Beberapa permainan rakyat yang sudah cukup dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan menjadi olahraga tradisional adalah :
1. Egrang
Permainan tradisional yang sudah menjadi olahraga tradisional ini mengandalkan keseimbangan untuk melakukannya. Sebenarnya egrang lebih condong dikategorikan sebagai permainan dibanding olahraga kompetisi atau yang lain. Pada permainan ini, pemain akan berusaha berdiri di atas dua bilah bambu yang sudah diberikan tempat berpijak, kemudian berusaha berjalan sambil menjaga keseimbangan. Olahraga ini biasa dilakukan di daerah-daerah di pulau Jawa, dan bisa dimainkan oleh orang dewasa maupun anak-anak.
2. Jemparingan
Merupakan olahraga memanah target yang sudah ditentukan dari jarak tertentu. Uniknya, memanah dalam jemparingan tidak dilakukan sambil berdiri atau dengan kuda-kuda yang normal digunakan, melainkan dengan posisi duduk bersila. Nantinya posisi busur akan berada di bagian samping sehingga posisi tubuh Sobat Pesona akan menjadi 90 derajat.
Memanah dengan posisi duduk cukup unik dan tidak ditemukan di tempat lain, jemparingan adalah salah satu olahraga tradisional yang berkembang di wilayah Kraton Yogyakarta. Sudah dikenal sejak abad ke-17, pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I, olahraga ini terus dilestarikan oleh masyarakat di dalam area kerajaan sebagai kemampuan dasar yang harus mereka miliki.
Meski nampak sederhana, terdapat nilai luhur yang tersimpan di balik olahraga tradisional yang satu ini. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah Sawiji yang berarti konsentrasi, kemudian Greget yang berarti semangat, kemudian Sengguh yang berarti percaya diri, dan Ora Mingkuh yang artinya memiliki rasa tanggung jawab tinggi. Nilai-nilai ksatria ini yang ingin diturunkan dengan jemparingan.
3. Pathol
Olahraga radisional dari era Majapahit ini disebut juga Pathol, salah satu jenis olahraga tradisional yang mirip dengan gulat. Olahraga ini muncul dan berkembang di Sarang, wilayah Rembang, Jawa Tengah. Syarat untuk mengikuti olahraga ini adalah memiliki tubuh yang seimbang dengan calon lawan, dan kemudian kedua pihak saling berusaha mengunci lawan. Siapa yang bisa memberikan kuncian paling lama, maka dialah pemenangnya.
Olahraga ini merupakan salah satu ujian untuk mencari calon prajurit dan ksatria pada zaman kerajaan Majapahit dulu. Jadi tak hanya untuk kesehatan, dahulu olahraga Pathol juga jadi kebanggaan karena bisa membantu menaikkan taraf hidup keluarga pasukan. Gulat Pathol saat ini sering digunakan sebagai pengiring berbagai ritual kepercayaan, seperti menjelang purnama atau menjelang upacara sedekah laut.
4. Pencak Silat
Sudah mulai dikenal sejak abad ke-7, pencak silat merupakan olahraga bela diri khas Indonesia yang kemudian dikenal secara internasional. Kini, pencak silat telah ditetapkan sebagai warisan budaya non-benda oleh The United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization atau UNESCO, tepatnya pada 12 Desember 2019 silam. Setelah melewati beberapa tahap, olahraga bela diri ini kemudian dinyatakan memenuhi syarat yang telah ditetapkan, baik dari segi budaya maupun sejarahnya.
Dengan gerakannya yang khas, memadukan keluwesan tubuh dengan gerakan yang identik dengan hewan-hewan tertentu, bela diri ini hampir seperti tarian namun memiliki efektivitas tinggi dalam menaklukkan lawan. Meskipun gerakan-gerakan pencak silat disebut-sebut mengandung unsur-unsur bela diri dari Tiongkok dan India, pencak silat ini merupakan bela diri asli dari Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dari pahatan relief-relief yang menggambarkan sikap kuda-kuda pencak silat yang dapat ditemukan di Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Jika ingin belajar lebih jauh mengenai pencak silat sendiri bisa mengunjungi berbagai sanggar yang ada di berbagai sudut nusantara. Setiap daerah akan memiliki ciri khas masing-masing, sehingga belajar pencak silat akan terasa selalu menarik.
5. Lompat Batu
Bisa dibilang Lompat Batu merupakan olahraga ekstrim yang tidak boleh dilakukan sembarang orang. Selain memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi, olahraga tradisional yang satu ini juga tidak mudah dilakukan oleh amatir. Kebanyakan pelakunya adalah orang-orang yang memang mendedikasikan diri guna bisa melompati susunan batu yang cukup tinggi.
Berasal dari Kepulauan Nias, Sumatera Utara, olahraga ini disebut dengan Zawo-Zawo oleh masyarakat lokal. Konon awal mula olahraga ini dilakukan adalah sebagai taktik Suku Nias dalam berperang dan memberikan kejutan, di mana batu yang ditumpuk adalah benteng-benteng yang disusun untuk bertahan. Pasukan kemudian harus bisa melompati benteng ini, dan terjun ke medan perang dengan semangat dan kekuatan penuh dari ketinggian.
Hingga saat ini Zawo-Zawo atau Lompat Batu masih dipraktekkan oleh masyarakat Nias sebagai bentuk pelestarian budaya. Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan ketika ada ritual tertentu, salah satunya adalah persiapan seorang pemuda yang akan melangsungkan upacara pernikahan.
6. Pacu Jalur
Riau juga menyimpan olahraga tradisional yang cukup unik dan sangat seru untuk ditonton. pacu jalur adalah nama olahraga ini, di mana pada dasarnya satu tim akan berlomba untuk adu cepat dalam mendayung dan mencapai garis akhir.
Awalnya olahraga ini hanya dilakukan di kampung-kampung sekitar Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar keagamaan saja, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Hari Raya Idul Fitri, dan Tahun Baru Muharam. Namun demikian ternyata peminatnya terus meningkat, dan pacu jalur menjadi salah satu tontonan budaya yang selalu berhasil menarik wisatawan datang ke kawasan tersebut.
Pacu Jalur juga sudah masuk dalam salah satu cabang olahraga yang diperlombakan di gelaran SEA Games, sehingga terdapat pula pelatihan resmi yang dimiliki oleh Indonesia. Kini, secara rutin perlombaan nasional digelar setiap tanggal 23 hingga 26 Agustus untuk terus mengasah bibit-bibit baru yang ada di setiap daerah.
Dengan perahu yang memiliki panjang 25 sampai 40 meter, perlombaan ini tak hanya bermodal tenaga namun juga kerjasama. Anda bisa melihat perahu-perahu warna-warni melintas cepat ketika semua berpadu dalam satu irama yang indah. (rls; foto hms)