Indonesiasenang-, CIREBON – Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya, termasuk seni tari yang menyimpan nilai moral, spiritual, dan sejarah perjuangan. Salah satu tarian tradisional yang unik dan penuh makna adalah Tari Sintren dari Cirebon, Jawa Barat.

Lebih dari sekadar hiburan, Sintren adalah cerminan kebudayaan yang menyatukan unsur seni pertunjukan, spiritualitas, dan pesan perjuangan masa lampau. Dalam pertunjukannya, seorang wanita menari dalam kondisi trance setelah menjalani prosesi spiritual dengan simbol utama berupa kurungan ayam (ranggap) yang ditutup kain. Penari mengenakan busana khas dan kacamata hitam, dan dipercaya tubuhnya dirasuki oleh roh halus selama ritual berlangsung.

Unsur Magis dan Syarat Spiritual

Salah satu keunikan Tari Sintren terletak pada unsur magis yang menyertainya. Penari dipercaya hanya bisa menari jika telah "dirasuki" roh melalui serangkaian ritual. Oleh sebab itu, penari sintren harus menjalani laku spiritual seperti puasa, menjaga kesucian diri, dan menghindari dosa, agar roh dapat masuk tanpa hambatan.

Nama “sintren” sendiri dipercaya berasal dari kata “si tren” (sang putri), meski ada juga versi yang menyebut asal katanya dari “sindir” dan “tetaren”, yaitu menyampaikan kritik melalui syair.

Jejak Sejarah Perjuangan Tersembunyi

Pada masa penjajahan Belanda, Tari Sintren digunakan sebagai media penyamaran untuk menyampaikan pesan perjuangan. Dalam pertunjukan yang dikemas sebagai hiburan, terselip sajak-sajak rahasia yang menyuarakan semangat perlawanan. Tokoh bernama Seca Branti disebut sebagai pelopor transformasi tari ini menjadi lebih atraktif namun tetap menyisipkan nilai-nilai nasionalisme secara tersembunyi.

Sarat Simbol dan Makna Kehidupan

Menurut Ki Mamat, dalang sintren dari Sanggar Tari Sekar Pandan, Tari Sintren juga mengandung nilai-nilai dakwah Islam. Misalnya:

  • Ranggap (kurungan ayam) melambangkan siklus hidup manusia.
  • Uang yang dilempar penonton ke penari, jika disentuh, membuat penari jatuh. Ini menjadi simbol bahwa manusia yang dikuasai harta akan kehilangan arah dan keseimbangannya.

Dari Purnama ke Panggung Budaya

Jika dahulu pertunjukan Sintren hanya muncul di malam bulan purnama, kini ia hadir di berbagai hajatan, festival budaya, dan pertunjukan wisata. Namun demikian, nilai-nilai spiritual dan filosofis tetap dijaga oleh para pelestari seni.

Dalam arus globalisasi yang membawa budaya populer dari luar negeri, keberadaan Sintren menghadapi tantangan. Oleh karena itu, dukungan masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan agar kesenian ini tetap hidup dan dikenal oleh generasi muda.

Tari Sintren bukan hanya seni pertunjukan — ia adalah warisan budaya luhur Cirebon yang menyatukan elemen magis, spiritualitas, sejarah, dan filosofi kehidupan. Keberadaannya adalah pengingat bahwa seni tradisional memiliki daya hidup yang luar biasa — selama ada yang melestarikan. (triyadi; foto hpkc)