Indonesiasenang-, Dalam lanskap musik lokal yang kian dinamis, SCUM (スカム) hadir sebagai anomali yang mencuri perhatian. Band asal Semarang ini tetap teguh menjejakkan kaki di genre Visual Kei, subgenre rock Jepang dengan gaya glamor dan eksentrik yang jarang ditemui di skena musik Indonesia. Terbaru, mereka melepas single STREAM, lagu yang menjadi penegasan bahwa SCUM bukan sekadar bayangan semu, melainkan manifestasi nyata dari semangat dan idealisme yang membara.

SCUM (スカム) berdiri sejak 2017 atas inisiasi Mahendra “Kaito”, yang kala itu masih menjadi mahasiswa aktif di Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS). Ia mengajak teman-temannya di Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang “HIKARI” dan sejumlah pecinta budaya Jepang lainnya untuk membentuk band Visual Kei. Kini, formasi mereka terdiri dari Kaito (vokal), Fahbian “Fabix” (gitar), Boi “Mura” (bass), Zain “Ryu” (drum), dan Rifky “Rif” (keyboard/synthesizer).

Visual Kei sendiri dikenal dengan penampilan yang teatrikal dan fashion nyentrik, seiring dengan warna musik yang melankolis namun penuh energi. Band seperti X Japan, The GazettE, hingga Deluhi menjadi inspirasi utama SCUM. Dalam hal ini, SCUM tak hanya meniru estetika, tetapi juga menerjemahkannya menjadi karya orisinal yang sarat emosi dan pesan personal.

STREAM hadir dari momen tak terduga. Dalam sebuah sesi latihan studio, Kaito menemukan draft lagu yang kemudian langsung mereka eksplorasi secara spontan. Hasilnya: satu track baru yang menggambarkan perjalanan SCUM selama ini. Dari diremehkan sebagai “underdog” hingga dianggap usang karena mengusung genre yang dianggap tak lagi relevan, SCUM menjawab semua dengan karya.

“Ambisiku dan intuisiku bukanlah sebuah bayangan semu belaka,” potong Kaito saat membacakan lirik dari “STREAM”. Lagu ini, kata dia, adalah bentuk perlawanan terhadap stigma, sekaligus surat cinta kepada mereka yang masih percaya pada keindahan Visual Kei.

Dalam proses rekamannya, SCUM turut merayakan pengaruh band favorit mereka Girugamesh, Deluhi, hingga The GazettE dengan menciptakan sound gitar yang khas, isian synthesizer yang atmosferik, dan scream vokal yang intens namun tetap emosional. Semua diramu menjadi sebuah komposisi yang dramatis dan melankolis.

SCUM telah merilis dua single sebelumnya, IDEAL dan NAKUHANA, serta dua EP acquire. dan Memorialize of Idealism. Jika ditotal, band ini sudah menelurkan 14 lagu yang tersebar dalam rilisan digital maupun fisik.

Dalam waktu dekat, SCUM juga tengah menyiapkan rilisan fisik CD bertajuk Zenyou (全容) yang berarti Full Story atau Whole Aspect. Tak hanya itu, Kaito juga tengah menulis buku yang mendokumentasikan seluruh proses kreatif SCUM dari awal terbentuk hingga saat ini. Rencana merchandise, video klip, dan lyric video juga sedang digodok sebagai bagian dari agenda besar tahun ini di bawah naungan Atlas Records.

Dari kota Semarang yang dikenal dengan julukan “Atlas”, SCUM (スカム) terus melaju dengan identitas yang tak biasa. Mereka bukan sekadar memainkan musik mereka menghidupkan semangat, membangun narasi, dan menolak mati dalam sunyi. Bagi mereka, Visual Kei bukan tren yang berlalu, tapi bentuk ekspresi yang terus mereka hidupkan, satu lagu demi satu pembuktian. (sugali; foto fps)