Ritual Memandikan Perahu Papak Mengalirkan Doa dan Tradisi di Tengah Kota Tangerang

Ritual Perahu Papak di Festival Peh Cun Tangerang adalah tradisi Tionghoa yang menyatukan unsur spiritual, sejarah, dan budaya. Diselenggarakan di Sungai Cisadane, prosesi ini menarik wisatawan setiap tahunnya.

Ritual Memandikan Perahu Papak Mengalirkan Doa dan Tradisi di Tengah Kota Tangerang

Indonesiasenang-, Dalam cahaya lampion yang temaram dan pantulan bulan di Sungai Cisadane, masyarakat Tionghoa Kota Tangerang menggelar sebuah prosesi sakral yang sarat makna, yaitu ritual memandikan Perahu Papak. Upacara yang digelar di Pendopo Peh Cun Tanah Gocap pada Jumat malam (29/05/25) ini menjadi pembuka penting dalam rangkaian perayaan Festival Peh Cun yang telah berlangsung sejak awal abad ke-20.

Prosesi memandikan Perahu Papak bukan hanya sekadar tradisi turun-temurun. Ini merupakan simbol penyucian, penghormatan kepada leluhur, sekaligus pengharapan akan keselamatan dan kelancaran sepanjang perayaan Peh Cun. Diiringi asap dupa, lantunan musik tradisional, dan doa-doa yang khidmat, warga menyaksikan perahu tradisional yang kelak digunakan dalam lomba perahu naga dibersihkan dengan air sungai yang telah diberkahi.

“Ritual malam ini adalah bentuk penghormatan kepada leluhur dan simbol penyucian. Kita membersihkan perahu dari kotoran fisik, tapi juga dari energi negatif", kata rohaniawan Js Yap Cun Goan setelah upacara berlangsung.

Perahu Papak sendiri memiliki nilai sejarah yang tinggi. Merupakan pemberian Kapitan Oey Khe Tay kepada Kelenteng Boen Tek Bio, perahu ini menjadi ikon budaya yang terus dirawat dan dipertontonkan dalam setiap penyelenggaraan Festival Peh Cun di Kota Tangerang. Menurut rohaniawan Js Yap Cun Goan, tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya lokal sejak festival pertama kali digelar pada 1910.

Bagi masyarakat, ritual ini tidak hanya bermakna religius, tetapi juga menjadi bentuk nyata dari harmoni antara manusia, alam, dan para leluhur. Tak heran jika setiap tahunnya, prosesi ini menarik perhatian tidak hanya warga lokal, tetapi juga wisatawan domestik hingga mancanegara yang ingin menyaksikan keunikan budaya Tionghoa-Indonesia di kota ini.

"Ritual malam memandikan Perahu Papak bukan hanya tentang menjaga tradisi, tetapi juga menjaga koneksi antara manusia dan sejarahnya, antara leluhur dan generasi masa kini", tutup rohaniawan Js Yap Cun Goan.

Di tengah modernisasi Kota Tangerang, ritual ini menjadi pengingat kuat bahwa warisan budaya tidak boleh dilupakan yang harus terus dirawat, dihormati, dan diwariskan. (ridho; foto hpts)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.