Indonesiasenang-, Di tengah hiruk pikuk festival kuliner modern, kehadiran hidangan tradisional selalu punya ruang tersendiri di hati pecinta makanan Nusantara. Hal itu terlihat di Kampoeng Tempo Doeloe (KTD) 2025, bagian dari JF3 Food Festival di La Piazza, Summarecon Mall Kelapa Gading, di mana Nasi Ulam Budi dari Pancoran, Glodok, kembali mencuri perhatian.
Bagi warga Jakarta, nama Nasi Ulam Budi bukanlah hal baru. Puluhan tahun lamanya, kuliner khas Betawi ini hadir setia dengan resep turun-temurun yang tak pernah berubah. Seporsi nasi putih pulen yang disiram kuah rempah semur, dipadukan dengan semur tahu, telur, dendeng sapi, tempe orek, sambal terasi, hingga kerupuk, menjadikannya hidangan sederhana namun kaya cita rasa. Taburan serundeng gurih dan daun kemangi segar menambah karakter otentik yang membuatnya begitu dirindukan.
Makanan khas Betawi ini kian sulit ditemui di tengah derasnya arus kuliner kekinian. Namun, lewat tangan terampil Pak Budi, nasi ulam tetap bertahan sebagai simbol kegigihan sekaligus penjaga tradisi kuliner Jakarta. “Di satu suapan, ada banyak lapisan rasa: segar dari kemangi, gurih dari serundeng, manis legit dari dendeng, hingga hangat rempah kuah semur yang meresap ke nasi,” begitu kira-kira pengalaman para pengunjung festival menggambarkan sajian ini.
Lebih dari sekadar santapan, Nasi Ulam Budi Pancoran adalah potret budaya kuliner Betawi yang sarat cerita. Dari gerobak sederhana di Glodok hingga panggung festival kuliner terbesar di Jakarta, kehadirannya menjadi bukti bahwa rasa autentik selalu menemukan jalannya untuk bertahan.
Bagi pecinta kuliner yang ingin bernostalgia atau sekadar merasakan kelezatan warisan Betawi, Nasi Ulam Budi bisa ditemukan di Kampoeng Tempo Doeloe 2025. Festival ini berlangsung hingga 28 September 2025, menghadirkan deretan kuliner Nusantara yang legendaris dan sayang untuk dilewatkan. (triyadi; foto hjf)