Indonesiasenang-, Jakarta, 24 September 2025 – Menjelang peringatan Hari Jantung Sedunia 2025 yang jatuh pada 29 September, fakta mengejutkan terungkap. Indonesia hanya memiliki 10 dokter spesialis jantung anak untuk melayani ribuan pasien dengan penyakit jantung bawaan. Kondisi ini membuat banyak anak harus menunggu operasi hingga dua tahun.
Krisis Dokter Jantung Anak di Indonesia
Dalam acara Hospital Visit Exclusive: Menyaksikan Transformasi Harapan Bagi Pasien Penyakit Jantung Bawaan pada Rabu, 24 September 2025 di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta Barat, terungkap bahwa dari 10 dokter spesialis jantung anak di Indonesia, enam di antaranya bertugas di RS Jantung Harapan Kita.

“Setiap tahun ada sekitar 50.000 bayi lahir dengan kelainan jantung bawaan. Namun, baru 5.000 anak yang tertangani. sebagian ke sini (RS Jantung Harapan Kita), RSCM dan Jakarta Heart Center. Kenapa di sini? karena hanya di sini yang memiliki dokter bedah jantung untuk bayi baru lahir. Saat ini lebih dari 2.000 anak masih dalam antrean operasi,” jelas Dr. dr. Iwan Dakota Sp.JP(K), MARS, Direktur Utama RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
Ribuan Pasien Antri hingga Dua Tahun
Keterbatasan jumlah dokter membuat pasien anak harus menunggu lama. Banyak dari mereka bahkan harus menunggu hingga dua tahun untuk mendapatkan jadwal operasi.

Masalah semakin kompleks karena keterbatasan alat medis untuk operasi jantung anak, kondisi ini membuat banyak pasien kecil tidak segera mendapatkan penanganan optimal dan biaya pengobatan tinggi, sementara tidak semua layanan jantung anak tercover oleh BPJS Kesehatan.
Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Dorong Awareness
Yayasan Jantung Indonesia (YJI) yang dipimpin Annisa Pohan Yudhoyono menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Ketua Bidang Komunikasi YJI, Iwet Ramadhan, mengatakan:
“Kalau 45.000 anak tidak tertangani, masa depan mereka terancam. Anak-anak adalah harapan orang tua dan bangsa. Karena itu, YJI terus mendorong edukasi, sosialisasi, dan kampanye Panca Usaha Jantung Sehat di berbagai daerah.”

"Gaya hidup yang berhubungan dengan kebersihan, ekonomi, dan malas bergerak menjadi masalah serius. Generasi sekarang tidak sadar akan penyakit jantung dan cardiovascular. YJI memiliki campaign Panca Usaha Jantung Sehat, di mana memiliki misi untuk meningkatkan awareness jantung sehat, memperjelas regulasi dan bekerjasama dengan para stakeholders. Kita memiliki Komunitas Jantung Sehat di berbagai daerah dan masih banyak lagi." jelas Iwet melanjutkan.
Langkah Nyata: Screening Jantung Rematik Mulai 2026
Mulai tahun 2026, YJI akan melaksanakan program screening penyakit Jantung Rematik di empat provinsi dengan angka kemiskinan tinggi. Selain itu, YJI juga mendorong regulasi ketat terhadap rokok elektrik, pelarangan penjualan rokok kepada anak di bawah umur, dan memperbanyak program screening di sekolah-sekolah.
Harapan bagi Generasi Mendatang
Dengan jumlah pasien yang terus bertambah, dukungan pemerintah, rumah sakit, dan masyarakat sangat dibutuhkan. Kolaborasi ini diharapkan dapat mengurangi antrean panjang operasi dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak penderita penyakit jantung bawaan.

“Penyakit jantung bukan hanya masalah medis, tapi juga masalah sosial. Dibutuhkan perhatian serius agar anak-anak Indonesia memiliki kesempatan tumbuh sehat dan berdaya,” pungkas Dr. Iwan.
Krisis dokter spesialis jantung anak di Indonesia harus segera mendapat perhatian. Kolaborasi pemerintah, rumah sakit, YJI, dan masyarakat menjadi kunci agar anak-anak dengan penyakit jantung bawaan bisa tertolong lebih cepat dan memiliki masa depan lebih baik. (kintan; praba)