Kita Berkebaya : Kebaya Bukan Sekadar Tradisi, Tapi Cermin Identitas Perempuan Masa Kini

Dalam perayaan Hari Kebaya Nasional, gerakan Kita Berkebaya hadirkan ruang baru bagi kebaya sebagai simbol ekspresi diri, pemberdayaan perempuan, dan budaya yang hidup

Kita Berkebaya : Kebaya Bukan Sekadar Tradisi, Tapi Cermin Identitas Perempuan Masa Kini

Indonesiasenang-, Di tengah semangat perayaan Hari Kebaya Nasional, kebaya tidak lagi sekadar menjadi simbol warisan budaya. Dalam gelaran Kita Berkebaya yang diprakarsai Bakti Budaya Djarum Foundation bersama Narasi, kebaya hadir sebagai medium ekspresi, bentuk perlawanan, dan cermin identitas perempuan Indonesia masa kini.

Bertempat di Posco Bandung, acara ini tidak hanya memperlihatkan kebaya sebagai busana tradisional, tetapi juga sebagai kendaraan untuk membicarakan pemberdayaan perempuan dan keberanian menjadi otentik. Melalui sesi diskusi dan penampilan seni, Kita Berkebaya mengukuhkan posisinya sebagai gerakan kultural yang progresif dan inklusif.

“Kami ingin melihat kebaya tidak hanya dipakai saat acara formal, tapi menjadi bagian dari identitas sehari-hari perempuan Indonesia”, ujar Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Dalam pernyataannya, Renitasari Adrian menekankan bahwa gerakan Kita Berkebaya ingin mendobrak anggapan bahwa kebaya itu kaku dan eksklusif. Sebaliknya, kebaya justru bisa menjadi kekuatan ekonomi dan budaya yang hidup dan menghidupi, mulai dari pengrajin kain, penjahit, pembatik, hingga pelaku industri kreatif.

Gerakan ini juga diabadikan lewat film pendek #KitaBerkebaya yang mulai tayang di kanal YouTube Indonesia Kaya per 24 Juli 2025. Film ini menghadirkan narasi perempuan yang menjadikan kebaya sebagai bagian dari kisah hidup mereka, bukan sekadar pakaian warisan nenek moyang.

Dalam sesi diskusi bertajuk Berdaya Lewat Kebaya: Perempuan, Identitas, dan Inspirasi Generasi, penyanyi Andien dan Yanti Moeljono selaku Ketua Komunitas Kebaya Menari mengangkat bagaimana kebaya telah menjadi penanda kelas sosial dan simbol keanggunan perempuan Indonesia sejak dahulu. Namun kini, maknanya terus berkembang.

“Aku percaya setiap perempuan punya perjalanan unik dalam menemukan dirinya, dan kebaya bisa jadi pegangan dalam proses itu. Aku melihat kebaya bukan sekadar simbol masa lalu, tapi justru jembatan menuju masa depan versi perempuan Indonesia yang lebih sadar, kuat, dan penuh cinta terhadap akarnya”, tutur Andien.

Aktris dan aktivis Tara Basro membuka diskusi Berdaya Lewat Kebaya: Menjadi Sosok Otentik Perempuan Berkebaya dengan perspektif personal yang kuat. Menurutnya, di dunia yang menuntut kecepatan dan kesempurnaan instan, kebaya mengajarkan pelan-pelan: tentang kesadaran, keteguhan, dan mengenal diri.

“Kebaya itu bukan sekadar baju, tapi punya cerita. Kita bisa bermain gaya dengan mix and match, tapi tetap menjaga nilai budayanya. Yang penting, kita hidupin lagi dengan cara kita sendiri”, ungkap Tara Basro.

Menutup rangkaian acara, penampilan dari musisi Rahmania Astrini dan band Skeletale mempertegas bahwa kebaya bisa berdiri berdampingan dengan ekspresi musik dan seni masa kini. Di antara denting gitar dan suara merdu, terlihat jelas bahwa kebaya bukan hanya penanda masa lalu, tapi ruang terbuka untuk kreativitas generasi sekarang.

Gerakan Kita Berkebaya berhasil menegaskan bahwa fashion bukan hanya tentang tren, melainkan juga tentang nilai, sejarah, dan keberanian menjadi diri sendiri. Kebaya kini bukan hanya dikenakan, tetapi diceritakan, dihidupkan, dan diwariskan dalam cara-cara baru yang penuh makna. (devin; foto hkb)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.