Ketika Senja Begitu Menakutkan Di Film Waktu Maghrib

Waktu Maghrib sukses memberikan kengeriannya disetiap adegan. Dan menjadi pengingat, apa yang kita lihat terkadang bukanlah yang sebenarnya

Ketika Senja Begitu Menakutkan Di Film Waktu Maghrib

Indonesiasenang-, Film panjang bergenre horor karya sutradara muda Sidharta Tata berjudul Waktu Maghrib akan segera "menghantui" penikmat film pada 9 Februari 2023 mendatang. Film produksi Rapi Films dan Sky Media ini ditulis oleh Agasyah Karim, Khalid Kashogi, Bayu Kurnia, dan Sidharta Tata, serta diproduseri oleh Gope T. Samtani.

Film Waktu Maghrib dibintangi oleh sederet aktor muda dan berbakat, antara lain Aulia Sarah, Taskya Namya, Ali Fikry, Bima Sena, Nafiza Fatia Rani, dan Andri Mashadi. Salah satu pemeran utama Waktu Maghrib yaitu Aulia Sarah mengungkapkan ketertarikannya saat pertama kali terlibat di film ini.

“Tertarik banget untuk main di film ini, karena tahu diproduksi sama Rapi Films. Pas tahu kalau sutradaranya juga mas Tata, kayak ‘wah, ini dia nih salah satu sutradara yang dari dulu pengen aku kerja bareng. Apalagi dengan karakter Bu Woro yang berbeda dengan film-film aku sebelumnya dengan look hijab. Karakternya sangat abu-abu”, jelas Aulia Sarah kepada awak media saat press conference film Waktu Maghrib di XXI Epicentrum (02/02/2023), Jakarta Selatan.

Untuk lokasi syuting, Sidharta Tata memilih 3 lokasi yang berada di kota Yogyakarta. Ini bertujuan agar dia bisa mendapatkan set yang nyata dan benar-benar menggambarkan kehidupan masyarakat khususnya di pedesaan. Mengambil latar tahun 2002, dirinya ingin dalam film ini bisa memperlihatkan bagaimana masyarakat saat itu hidup tanpa gadget, namun masih bisa beraktivitas dengan baik.

"Lokasi syuting kita ada di Yogyakarta, yaitu di Kaliurang, Imogiri, dan Kulonprogo. Kita mencari lokasi otentik pedesaan untuk mendapatkan set yang diinginkan. Jadi kita nggak menghard setkan tempat, bikin tempat, melainkan kita bener-bener sesuai dengan set yang diinginkan. Selain itu, aku ambil set tahun 2002 untuk menunjukkan bagaimana masyarakat saat itu tidak terpengaruh oleh gadget dan bisa beraktivitas dengan baik. Dan urban legend waktu maghrib itu relate banget sama kehidupan masyarakat, bahkan hingga saat ini”, papar Sidharta Tata.

Film Waktu Maghrib bercerita tentang Adi dan Saman yang sering dihukum oleh Bu Woro, guru mereka yang disiplin dan galak. Suatu hari, kekesalan Adi dan Saman terhadap Bu Woro memuncak. Mereka menyumpahi guru itu bersamaan dengan berkumandangnya adzan Maghrib. Sejak itu, Adi dan Saman mengalami teror supernatural yang mengerikan. Ayu, yang merupakan sahabat dari Adi dan Saman menduga ada kekuatan jahat yang lebih menakutkan di balik rentetan kejadian ini. Mampukah Ayu menyelamatkan Adi dan Saman sebelum semuanya terlambat ?.

REVIEW FILM
Patut diakui, suasana mencekam dalam film ini bisa dibangun dengan baik. Dibuka dengan scene anak-anak bermain di tengah hutan menjelang surup atau maghrib, penonton tidak perlu menunggu lama untuk merasakan sensasi tegang. Selama film berlangsung, set untuk suasana siang hari amat sedikit, sepertinya sang sutradara benar-benar ingin menggambarkan waktu senja sepanjang film. Alur ceritanya tidak terburu-buru, namun juga tidak lambat.

Setiap pemain memiliki porsi yang seimbang, terutama untuk para aktor cilik, yang memang menjadi pusat dari cerita ini. Hanya saja, menjelang akhir film ada beberapa keganjilan. Tidak adanya penjelasan tentang siapa sebenarnya makluk yang meneror warga, apa kaitannya dengan anak-anak dan orang-orang yang meregang nyawa, serta motif dibalik teror yang terjadi. Kemunculan arwah-arwah penasaran korban makhluk ini juga tidak menjelaskan untuk apa mereka muncul.

Selain itu, walau plot twistnya tidak tertebak, masih menjadi pertanyaan, apa hubungan si guru baru dengan makhluk ini. Ini membuat penonton harus mengernyitkan dahi karena hingga film berakhir, itu semua tidak dijelaskan.

Tapi meski begitu, dengan visual yang mumpuni, pengambilan angle kamera serta akting para pemain memang tak diragukan lagi. Kita akan disajikan dengan pemandangan asri pedesaan yang begitu alami. Tone warna yang stabil, menjadi salah satu alasan mengapa suasana di film ini begitu menyatu.

Well, dengan poin 7 dari 10, film Waktu Maghrib sukses memberikan kengeriannya disetiap adegan. Dan pastinya, menjadi pengingat, apa yang kita lihat terkadang bukanlah yang sebenarnya. Yang terlihat baik tak selalu baik, begitu juga sebaliknya.

Persiapkan popcornmu dan selamat menonton !. (kintan; foto praba/rapi)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.