Indonesiasenang-, Herstori merupakan bagian dari kampanye Gerakan #akuberdaya yang dinisiasi oleh Nina Septiana dan diluncurkan pada 24 September 2021. Peresmiannya sendiri dilakukan oleh Ibu Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, dalam gelaran Professional Women’s Week 2021.

Herstori bertekad menjadi jembatan bagi terhubungnya sejarah keberdayaan perempuan di masa lalu dengan upaya melejitkan keberdayaan perempuan di era millennial saat ini, melalui fashion. Herstori adalah kolaborasi antara fashion dengan sejarah, sebuah terobosan baru yang belum pernah ada selama ini.

Nina Septiana melalui brand Esensia by Nina Nugroho kali ini berkolaborasi dengan Sinta Ridwan, seorang filolog dan mahasiswi S-3 Arkeologi muda yang mengkonsentrasikan dirinya pada upaya mengalih wahanakan hasil risetnya mengenai sejarah masa lalu yang terbaca dalam manuskrip kuna yang menjadi keahliannya.

Sejarah menjadi bagian yang tak mungkin terpisahkan dari kehidupan kita, ‘Tan hana nguni, tan hana mangke’ yang memiliki arti tanpa masa lalu, kita tak pernah ada saat ini, dan sejarah mestinya menjadi cerminan kehidupan kita saat ini.

Kolaborasi Nina Nugroho dan filolog Sinta Ridwan merilis merek Herstori pada Jumat, 18 Maret 2022 di Museum Nasional, Jakarta, menampilkan karya pertama mereka yang bertema Mahendradatta. Herstori merupakan paduan produk fashion dan sejarah yang mengangkat cerita perempuan dari masa lalu dengan peninggalan budaya, pemikiran, kehebatan, dan perjuangan mereka di berbagai bidang.

Selama tahun 2022, Herstori akan mengangkat sejarah keberdayaan dari 12 perempuan yang hidup antara abad 7 – 15 M. Dalam chapter 1 diperkenalkan sosok Mahendradatta, perempuan yang lahir dengan nama Gunapriya Dharmapatni pada 961 M ini adalah putri raja  Sri Makutawangsawardhana dari Wangsa Isyana (Kerajaan Medang) di Jawa Timur. Menikah dengan Udayana, raja Bali dari Wangsa Warmadewa dan melahirkan Airlangga yang kemudian menjadi raja di Kahuripan. Sementara putra-putranya yang lebih muda adalah Marakata Pangkaja yang menjadi raja Bali menggantikan Udayana dan Anak Wungsu yang naik tahta setelah mangkatnya Marakata.

Nina Nugroho mengungkapkan, unsur-unsur yang diambil dari sosok Mahendradatta adalah berupa aksara, gambar-gambar dari masa hidupnya, juga warna. Pengaplikasikan unsur-unsur tersebut secara bordir dan sablon pada pakaian yang dibuat kekinian. “Terutama banyak aksara kuno seperti di kerudung. Saya terinspirasi dari prasasti-prasasti yang ada di sana, dianggap jadi motif, diaplikasikan dalam fashion yang lekat dengan anak muda”, katanya.

Karya yang ditampilkan oleh Nina Nugroho dalam koleksi yang berkolaborasi dengan Sinta Ridwan kali ini antara lain t-shirt, hoodie, jaket, buckethat, totebag, outer dan hijab. Kekayaan motifnya terlihat pada hijab, dimana dibuat 20 motif hijab yang diambil dari prasasti peninggalan masa itu dan ditampilkan dalam warna-warna khas seperti hitam, putih, merah, cokelat, dan gold.

Trunk show koleksi Herstori Chapter 1 Mahendradatta dibawakan oleh 12 (duabelas) mahasiswi dari 11 kampus terkemuka di Jakarta. Mereka adalah para duta kampus yang diharapkan akan menjadi corong Herstori agar keberadaannya menjadi inspirasi bagi gaya berbusana anak muda.

Kekuatan utama dari Herstori adalah riset yang dilakukan secara mendalam. Tidak hanya dilakukan berdasarkan catatan sejarah yang telah terbukukan dalam sejumlah literatur, melainkan juga melalui manuskrip kuna dan terjun langsung mengunjungi situs peninggalan para perempuan berdaya tersebut.

‘’Selama ini sejarah perempuan Indonesia seolah terpinggirkan, kita sulit menemukan catatan mengenai mereka yang ternyata sejatinya adalah figur luar biasa. Tidak hanya di dalam keluarga, tetapi juga di panggung politik, ekonomi, agama, budaya dan sosial di lingkungan sekitarnya”, kata Nina Nugroho.

Sosok yang diangkat adalah mereka yang meninggalkan bukti-bukti budaya, kehebatan, pemikiran, upaya dan perjuangannya sebagai sosok yang berperan penting bagi segala aspek kehidupan. Nina Nugroho berharap melalui Herstori, perempuan millenial akan tergugah kesadaran dan kecintaan mereka pada sejarah. Pada akhirnya akan menjadikan figur hebat tersebut sebagai inspirasi bagi masa kini dan masa depannya, saat berkarya dan berupaya melejitkan keberdayaannya sendiri.

‘’Saya sebagai periset masa lalu, selalu memikirkan wahana untuk membawa kisah-kisah masa lalu dengan cara yang berbeda. Selama ini saya mengalihwahanakan apa yang saya temukan, gali dan telusuri ke dalam media baru yang dikemas dengan cara kekinian. Bagaimana menyajikan masa lalu dengan menarik perhatian sekaligus menambah referensi baru dengan mengangkat hal-ikhwal yang jarang dikemukakan”, kata Sinta Ridwan yang juga menyiapkan e-book, web series, ilustrasi, NFT, serta komik melengkapi koleksi Herstori.

Dalam acara peluncuran brand Herstori yang diselenggarakan di Museum Nasional, pada Jumat, 18 Maret 2022, digelar sebuah Bincang Sejarah yang menghadirkan sejarawan Dr Yerry Wirawan yang selama ini banyak mengupas sejarah perempuan-perempuan di era yang lebih modern. Dan fashion fotografer, Saefie Adji Badas akan membahas Herstori dari kacamata seorang fotografer, diperkaya oleh pembahasan dari Bung Bung Mangaraja Negoro, seorang fashion stylist. Hadir pula Dr Muhammad Faisal, Direktur Youth Laboratory Indonesia, seorang youth researcher yang banyak melakukan penelitian mengenai kiprah anak-anak muda dari berbagai era. (lela; foto tc)