Gowok: Kamasutra Jawa — Film Hanung Bramantyo Angkat Tradisi Seksualitas Leluhur dalam Perspektif Modern

Film Gowok: Kamasutra Jawa garapan Hanung Bramantyo menyajikan tradisi edukasi seksualitas Jawa secara modern. Dibintangi Reza Rahadian dan Raihaanun, tayang 5 Juni 2025 dalam versi 17+ dan 21+.

Gowok: Kamasutra Jawa — Film Hanung Bramantyo Angkat Tradisi Seksualitas Leluhur dalam Perspektif Modern

Indonesiasenang-, Jakarta — Sutradara Hanung Bramantyo kembali menghadirkan karya kontroversial dan penuh makna budaya lewat film terbarunya bertajuk Gowok: Kamasutra Jawa. Film ini mengangkat salah satu tradisi kuno Jawa yang jarang dibahas secara terbuka: gowok, sebuah praktik edukasi seksualitas yang berkembang sejak abad ke-15.

Diproduksi oleh MVP Pictures dan Dapur Film, Gowok: Kamasutra Jawa dibintangi oleh jajaran aktor ternama, seperti Raihaanun, Reza Rahadian, Lola Amaria, Devano Danendra, dan Slamet Rahardjo. Film ini hadir dalam dua versi: 17+ dan 21+, dengan versi orisinal (21+) telah tayang perdana di Rotterdam International Film Festival pada Februari 2025.

Tradisi Gowok: Seksualitas Sebagai Ilmu dan Seni
Dalam budaya Jawa, gowok adalah perempuan dewasa yang memiliki pengetahuan mendalam soal seksualitas dan bertugas mendidik calon pengantin pria. Mereka bukan sekadar instruktur, melainkan simbol kehormatan dan penjaga keseimbangan dalam relasi rumah tangga.

“Gowok mengajarkan laki-laki memahami tubuh perempuan, agar bisa memberi kebahagiaan sejak malam pertama,” ujar Hanung Bramantyo saat konferensi pers, Senin (26/5/2025) di Jakarta.

Hanung mengaku ide film ini telah lama muncul, bahkan sebelum pandemi COVID-19, setelah ia membaca artikel tentang praktik gowok. Ia melihat nilai-nilai dalam tradisi tersebut justru lebih progresif dibanding sebagian pandangan modern yang cenderung patriarkis.

Versi Ganda: 17+ dan 21+, Bukan Gimik
Hanung menegaskan bahwa versi 21+ adalah versi asli dari film ini. Versi 17+ dibuat belakangan atas masukan produser Raam Punjabi agar film ini bisa menjangkau audiens lebih luas secara edukatif dan bertanggung jawab.

“Film ini bukan ikut-ikutan tren dua versi. Kami memang sejak awal ingin menghadirkan cerita yang utuh dan mendalam,” jelas Hanung.

Perempuan sebagai Subjek, Bukan Objek Seksualitas
Bagi Raam Punjabi, Gowok: Kamasutra Jawa menyuarakan misi penting: perempuan punya hak atas kebahagiaan dan kepuasan seksual, bukan hanya laki-laki.

“Ini senjata untuk perempuan agar sadar bahwa mereka punya hak memberi dan menuntut kepuasan,” ungkapnya.

Para Aktor Bicara
Reza Rahadian menyebut peran Denmas Kamanjaya dewasa sebagai karakter paling kompleks yang pernah ia perankan.

“Film ini akan membuka banyak ruang diskusi tentang relasi dan seksualitas,” katanya.

Devano Danendra, pemeran Kamanjaya muda, mengaku belajar banyak soal seksualitas dari proyek ini. Ia bahkan harus berakting dalam bahasa Ngapak, sesuatu yang baru baginya.

“Dari film ini saya sadar bahwa seks itu ada ilmunya, dan sisi romantisnya juga kuat,” katanya.

Sementara Lola Amaria, yang memerankan Nyai Santi, menyebut film ini sebagai potret unik perempuan Jawa-Tionghoa era 1950-an yang berdaya.

“Ini film tentang perempuan untuk laki-laki, tapi diceritakan dari sudut pandang laki-laki. Itu tantangannya,” ujarnya.

Ratri: Simbol Perempuan Modern yang Melek Seksualitas
Tokoh utama Ratri (diperankan oleh Alika Jantinia dan Raihaanun) adalah sosok perempuan muda yang dibesarkan oleh seorang gowok. Ia tumbuh menjadi perempuan cerdas dan berdaya, bahkan saat menghadapi pengkhianatan cinta dari Kamanjaya.

Dengan ilmu dan pesona yang ia miliki, Ratri menjadikan tubuh dan emosinya sebagai bentuk kontrol, bukan objek, mengirim pesan kuat bahwa edukasi seksual dapat membentuk harga diri dan kesadaran diri perempuan.

Jadwal Tayang dan Misi Sosial
Gowok: Kamasutra Jawa dijadwalkan tayang di bioskop mulai 5 Juni 2025. Lewat visual yang artistik dan pendekatan yang berani, film ini hadir bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai ajakan untuk membuka ruang dialog tentang:

  • Edukasi seksual
  • Kesetaraan gender
  • Nilai-nilai budaya dalam relasi modern
“Kalau film ini bisa memicu obrolan, berarti film ini berhasil,” pungkas Reza Rahadian.

(januar; foto hdgk, mpv)


Share Tweet Send
0 Komentar
Memuat...
You've successfully subscribed to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Great! Next, complete checkout for full access to Indonesia Senang Dot Com - Semampu kita bisa dan lakukan keSENANGanmu
Welcome back! You've successfully signed in
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.