Indonesiasenang-, Satu lagi daya tarik destinasi wisata potensial di Labuan Bajo dari sejarah dan legenda setempat. Berjarak sekitar 20 menit dari pusat kota Labuan Bajo, dipilihnya Gua Batu Cermin sebagai salah destinasi wisata yang potensial, unik, dan masih sangat orisinal. Nilai sejarah yang dimiliki berhasil menjadikan Gua Batu Cermin sebagai destinasi wisata edukasi yang menarik untuk dikulik lebih dalam.
Kabarnya, gua yang ditemukan oleh seorang misionaris sekaligus arkeolog asal Belanda pada 1951 ini awalnya berada di dasar laut. Namun karena adanya aktivitas gempa bumi membuat gua tersebut naik ke permukaan, dan posisinya lebih tinggi daripada pantai. Kepercayaan tersebut dibuktikan dengan adanya fosil batu karang di bagian dinding Gua Batu Cermin. Bahkan, di atas langit-langit Gua Batu Cermin juga ditemukan fosil penyu. Hal ini pun makin membuktikan bahwa gua ini sempat berada di dalam laut.
Tidak hanya itu, ada kejutan lainnya yang bisa ditemukan di dalam gua, yakni penampakan relief berwarna putih menyerupai Bunda Maria pada salah satu dinding gua bagian atas. Konon, masyarakat setempat menyebutkan munculnya relief patung Bunda Maria muncul secara alami.
Awal Mula Nama Gua Batu Cermin
Gua Batu Cermin atau dikenal dengan namanya Gua Watu Sermeng dalam bahasa setempat terdiri dari dua kata, yakni watu yang berati batu, dan sermeng adalah cermin. Disebut dengan Batu Cermin karena adanya sinar matahari yang masuk ke dalam sela-sela gua. Kemudian sinar matahari tersebut seakan memantul ke batu-batu lainnya yang berperan layaknya cermin, sehingga pantulannya dapat menyinari seluruh ruangan yang ada di dalam gua.
Pintu masuknya setinggi sekitar setengah meter saja jadi harus menunduk dan menyelakan senter karena tempatnya gelap. Setelah masuk, keajaiban gua mulai terlihat. Dengan sedikit penerangan dari senter, turis akan menyaksikan stalaktit dan stalagmit yang berkilau. Kabarnya, kilauan tersebut berasal dari kandungan garam di batu tersebut. Kalau dirasakan, bisa jadi rasa asin akan terasa di permukaan batuan tersebut. Ketika ada air mengalir di kala hujan misalnya, batuan tersebut bisa jadi makin menebal dan berkilau. Stalaktit dan stalagmit yang mengandung garam ini cukup ajaib karena posisi gua ada di daratan, di atas permukaan laut. Anehnya lagi, di mulut gua juga ada fosil penyu dan batu karang berusia ribuan tahun.
Dengan sejarah dan cerita menarik di balik destinasi wisata ini menjadi nilai tambah, dan akan memberikan pengalaman baru bagi delegasi dari berbagai negara yang akan mengunjungi Gua Batu Cermin dalam rangkaian side event G20.
Penyelenggaraan side event G20 menjadi salah satu langkah menunjukkan citra positif sekaligus mempromosikan keragaman budaya dan pariwisata Indonesia. Salah satu lokasi side event G20 tersebut berada di Gua Batu Cermin yang terletak di Desa Batu Cermin, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Dalam mengoptimalkan berlangsungnya side event G20 di Gua Batu Cermin, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memberi dukungan penuh dengan memberikan berbagai pelatihan, pendampingan, serta upskilling dan reskilling kepada seluruh penduduk sekitar guna meningkatkan pelayanan yang diberikan.
Persiapan Gua Batu Cermin sebagai lokasi side event G20 juga semakin terlihat melalui pembangunan sejumlah fasilitas, loket, kafetaria, auditorium, dan toilet. Destinasi wisata ini juga memiliki amfiteater dan rumah budaya yang menjadi tempat mendukung kegiatan seni lokal khas dari masyarakat Manggarai Barat.
Selain itu, Gua Batu Cermin juga telah menyiapkan tempat suvenir yang berisikan berbagai produk ekonomi kreatif masyarakat setempat. Dengan diadakannya side event di Gua Batu Cermin, diharapkan dapat menjadi momen “Pulih Bersama” yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal, serta membuka lapangan pekerjaan demi mendukung kebangkitan ekonomi di Labuan Bajo. Hal ini sejalan dengan tema G20 Indonesia, yakni Recover Together, Recover Stronger. (rls; foto shutterstock/humannet)