Indonesiasenang-, Sebagaimana diketahui, batik merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada 2 Oktober 2009 sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity yang berasal dari Indonesia. Batik telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia sejak jaman dahulu.
Sadar akan nilai batik sebagai kekayaan budaya bangsa, sejumlah inovasi terus dikembangkan peneliti-peneliti di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta. Terkini, lembaga yang berada di bawah otorisasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) itu sukses melahirkan penemuan baru mereka, yakni Batik Antibakteri. Kemarin, batik tersebut diperkenalkan ke publik.
Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Ir. Titik Purwati Widowati, MP dalam acara kegiatan perkenalan batik antibakteri di kompleks perkantoran BBKB mengungkapkan, penelitian telah dilakukan sejak tahun 2019 dan baru diperkenalkan awal tahun ini.
Menurut Titik Purwati Widowati masyarakat Indonesia menggunakan batik dari kelahiran bayi sampai upacara kematian. Batik digunakan dalam berbagai hal, antara lain peralatan rumah tangga seperti seprei, sarung bantal, taplak meja dan pakaian resmi di instansi maupun sekolah.
"Dengan tingginya intensitas pemakaian batik tersebut maka diperlukan batik yang bersifat antibakteri. Batik yang bersifat antibakteri juga diperlukan untuk batik-batik yang dikoleksi agar awet dalam penyimpanannya”, ujar Kepala BBKB.
Titik Purwati Widowati menjelaskan, batik antibakteri dibuat dengan mengaplikasikan oksida logam nanopartikel Seng Oksida (ZnO) pada kain sebelum atau setelah proses pembatikan. Lalu kain dicelupkan pada larutan ZnO kemudian dilakukan proses padding (pemerasan dengan alat padder).
“Proses pengeringan pada suhu 80 derajat Celcius selama kurang lebih 5 menit dan curing pada suhu 140 derajat Celcius selama kurang lebih 3 menit dengan alat stenter. Selanjutnya kain yang sudah diaplikasi ZnO dilakukan proses pembatikan dan pewarnaan kemudian pelorodan”, kata Titik Purwati Widowati.
Setelah itu dilanjutkan oleh Titik Purwati Widoeati, aplikasi nanopartikel ZnO juga dapat dilakukan setelah proses pembatikan keseluruhan telah selesai (pada kain batik yang sudah jadi). Aplikasi nanopartikel ZnO pada kain sebelum proses pembatikan dapat meningkatkan serapan warna pada pewarnaan menggunakan zat warna alam, atau dengan kata lain, nanopartikel ZnO selain memberikan sifat antibakteri juga dapat digunakan sebagai mordan (pengikat warna) pada kain.
Produk batik yang telah diaplikasi nanopartikel ZnO diuji dengan pengujian metode agar plate test dan terbukti mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. (rls; foto dok)