Indonesiasenang-, Badan Musyawarah (Bamus) Betawi menggelar puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-43 yang dirangkai dengan HUT Kota Jakarta ke-498 serta HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Acara Pagelaran HUT Bamus Betawi dan HUT Kota Jakarta dengan tema 'Kota Global dan Berbudaya Terwujudnya Masyarakat Betawi Moderat’ ini berlangsung meriah di Mega Anggrek Hotel, Jakarta, Sabtu (16/8/2025).
Pagelaran ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting Bamus Betawi, mulai dari Ketua Umum H. Riano P. Ahmad, SH, Sekjen Drs. Tahyudin Aditya, Bendahara Umum H. Guruh Tirta Lunggana, hingga Ketua Majelis Adat Drs. H. Marullah Matali. Hadir pula jajaran pemerintah daerah, seperti Wali Kota Administrasi Jakarta Barat, Kesbangpol DKI Jakarta, serta Guru Besar Antropologi UI, Prof. Dr. Jasmin Yagisiham.
Disampaikan oleh Muhidin Muchtar selaku Ketua Panitia bahwa acara ini menjadi puncak dari seluruh rangkaian HUT Bamus Betawi yang sebelumnya digelar lewat Lebaran Betawi, prosesi Potong Kerbau di Ragunan, hingga beragam kegiatan kebudayaan.
“Acara ini walau dipersiapkan singkat, hanya tiga hari, tetap menjadi momentum penting untuk menegaskan keberadaan Bamus Betawi yang sudah 43 tahun berdiri”, ujar Muhidin Muchtar.
Ditegaskan oleh Drs. Tahyudin Aditya selakuSekjen Bamus Betawi dan pengarah acara bahwa tema yang diusung menjadi jembatan antara identitas lokal dan dinamika kota global. “Kita ingin momentum ini menunjukkan masyarakat Betawi yang moderat, sekaligus selaras dengan visi Jakarta sebagai kota global dan berbudaya. Betawi bisa jadi prototipe bagi kota besar lain di Indonesia,” jelasnya.
Sementara Ketua Umum Bamus Betawi, H. Riano P. Ahmad, menekankan pentingnya soliditas antaranggota dan peran strategis Bamus sebagai mitra pemerintah daerah. “Bamus Betawi harus ikut mengawal kebijakan dan program pemerintah. Solidaritas ini harus dijaga agar masyarakat Betawi terus berkontribusi bagi Jakarta,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu Ketua Majelis Adat Bamus Betawi, Drs. H. Marullah Matali dalam sambutannya menyoroti tantangan sekaligus peluang masyarakat Betawi dalam era globalisasi. “Kota global itu bukan lagi mimpi, melainkan keniscayaan. Pertanyaannya, kota global yang seperti apa yang akan kita isi? Anak Betawi harus berani mengambil peluang, membangun kampungnya sendiri, dan tidak merasa inferior di tanah kelahirannya”, tegasnya.
Perayaan ini bukan sekadar ajang syukuran, tetapi juga momentum kebangkitan identitas Betawi di tengah modernitas Jakarta. Dengan dukungan pemerintah daerah dan kekompakan organisasi, Bamus Betawi diharapkan mampu terus menjaga budaya lokal sekaligus beradaptasi dengan dinamika global. (satria; foto tcs)
