Indonesiasenang-, Bakpia adalah kue berbentuk bulat pipih, yang berisi campuran kacang hijau dengan gula. Kue ini sebenarnya tidak asli berasal dari Yogyakarta, melainkan dari negeri Tiongkok, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Secara historis, bakpia adalah makanan "impor" dari negeri Tiongkok yang dibawa oleh para imigran Tionghoa pada dekade awal abad ke-20. Bakpia ini konon sudah ada sejak tahun 1930. Dibawa oleh keluarga-keluarga pedagang Tionghoa yang banyak menempati pusat Kota Yogyakarta.
Jenis makanan ini awalnya bukanlah makanan komersil, juga bukan makanan yang bernilai kultural seperti kue keranjang yang sering menjadi kue dalam perayaan Imlek. Posisinya adalah sebagai pelengkap dari kue keranjang tersebut dan sebagai kudapan keluarga. Bakpia dibuat dengan menjemur kacang hijau yang sudah disortir terlebih dahulu. Setelah dipecah menjadi dua, kacang kemudian dicuci dan direndam untuk memisahkan bagian kulitnya. Kacang hijau yang sudah direndam kemudian dikukus dan digiling sampai halus, lalu dicampur dengan gula pasir. Isian ini kemudian dimasukkan ke tengah adonan kulit dan dipanggang sampai matang.
Selain itu pula bakpia mulai diproduksi di kampung Pathok Yogyakarta, sejak sekitar tahun 1948. Waktu itu masih diperdagangkan secara eceran dikemas dalam besek tanpa label, peminatnya pun masih sangat terbatas. Semakin populernya penganan ini membuat pengusaha bakpia mulai bermunculan pada tahun 1980-an.Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan.
Pada tahun 1980 mulai tampil kemasan baru dengan merek dagang sesuai nomor rumah, diikuti munculnya bakpia-bakpia lain dengan merek dagang nomer berlainan. Demikian pesatnya perkembangan "kue oleh-oleh" itu hingga mencapai booming sejak sekitar tahun 1992.
Bakpia Pathok 25 sendiri tampil dengan kotak eksklusif yang menarik dan mudah dibawa. Produksi bakpia yang dilakukan oleh bapak Arlen Sanjaya (Bp Arlen Sanjaya adalah generasi penerus pembuat Bakpia Pathok 25 yang dahulu berasal dari bisnis keluarga) setiap harinya tidak tetap karena produk yang dibuat selalu baru dan hangat. Pada tahun-tahun pertama, perusahaan menggunakan oven dengan bahan bakar arang. Setelah usaha beliau semakin sukses menambah lagi jumlah oven dengan bahan bakar gas.
Letak Pathuk yang tepat di jantung kota Yogyakarta memberikan keuntungan berkali lipat. Masyarakat yang memproduksi bakpia menjadi lebih mudah menjajakan makanan oleh-oleh ini kepada para wisatawan. Penganan bakpia kini berkembang luas tak hanya berpusat di Pathuk. Ada pula Bakpia Minomartani di Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Sleman, dan Bakpia Japon di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Bantul yang diproduksi oleh banyak industri rumah tangga. (rls; foto dok)