Indonesiasenang-, Mungkin kita sering mendengar kata Wastra, dan mungkin juga kita sering datang ke acara-acara bertema Wastra. Mungkin kita juga bisa berkata, “Oh, batik itu wastra Indonesia. Tenun juga wastra nusantara”. Namun apakah kita bisa menjelaskan secara gamblang jika ada yang bertanya pada kita, Apa itu wastra ?.
Wastra atau tekstil artinya sama yaitu kain, hanya proses pembuatannya yang membedakan. Wastra adalah kain yang dibuat dengan cara tradisional. Sementara tekstil adalah kain yang dibuat dengan mesin modern.
Apakah tenun Jepara, Sumba, NTT yang proses pembuatannya menggunakan mesin dikategorikan sebagai Wastra ?. Bukan, itu bukan Wastra tapi kain yang dibuat menggunakan alat/mesin modern. Apakah batik print itu Wastra ?. Bukan itu kain yang dibuat menggunakan alat/mesin modern.
Sedangkan Wastra adalah kain yang pembuatannya menggunakan alat traditional dengan teknik manual. Wastra merupakan sebuah istilah yang diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti kain.
Menurut Kamus Mode Indonesia, Wastra mengacu pada kain yang dibuat dengan cara apapun termasuk rajutan dan kulit kayu, serta tidak harus dikembangkan secara tradisional. Bedanya dengan tekstil, tekstil cenderung mengacu pada tenunan mesin.
Berangkat dari pemaparan tersebut, dapat kita mengerti bahwa Wastra merupakan kain yang dibuat dengan cara apapun, asal tidak menggunakan mesin. Dan bila kita berbicara soal Wastra Nusantara itu berarti segala kain bukan buatan mesin yang tersebar di Nusantara.
Wastra Nusantara beragam, ada yang dibuat dengan teknik perintang warna menggunakan lilin malam, kita menyebutnya batik, tersebar di Jawa dan Bali. Ada pula Wastra yang dibuat dengan cara ditenun secara handmade. Kita bisa menemukannya sebagai Ulos di Sumatera bagian utara, Songket di Sumatera bagian tengah dan selatan, Poleng di Bali, dan berbagai kain tenun lainnya di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan sekitarnya.
Tenun sendiri ada banyak jenis, ada tenun sederhana, tenun ikat, dan dan lain-lain. Terdapat juga Wastra yang dibuat dengan teknik jumputan, berkembang di Jawa Tengah dan Palembang. Belum lagi di Kepulauan Sangir, Talaud, Sulawesi Utara. Pada awal abad ke-20, pernah berkembang Wastra yang dibuat dari Pelepah Pisang, sayangnya tradisi ini tidak pernah berkembang lagi.
Mungkin ada banyak jenis Wastra yang belum disebutkan, namun dari sini kita bisa mengetahui bahwa kekayaan Wastra Nusantara tidak akan pernah bisa dibicarakan dengan tuntas dalam sebuah tulisan singkat.
Diperlukan usaha dan ketelatenan untuk mempelajari warisan budaya nenek moyang kita. Terdapat beragam cara untuk melakukannya, misalnya dengan menonton pameran-pameran Wastra, mengunjungi Museum Tekstil yang koleksinya diubah secara berkala sesuai tema, atau dengan mengikuti kegiatan wisata Wastra.
Kita tinggal pilih, mana yang sesuai dengan waktu yang kita punya. Jadi, mari kita terus bersemangat untuk makin mengenali Wastra Indonesia. Semoga dengan begitu, kita bisa menjawab pertanyaan orang lain pada kita mengenai apa itu Wastra. (rls; foto dok)