Indonesiasenang-, Dalam momentum Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP), band hazy dream pop Airportradio kembali menyalakan ruang aman bagi penyintas melalui dua single terbaru mereka, “Semesta Kecil” dan “Bunga Tengah Hari”, yang resmi dirilis pada 6 Desember 2025 bekerja sama dengan label demajors.
Dikenal sejak 2005 sebagai band yang memilih tanpa gitar demi menghindari riuh tak perlu, Airportradio kembali menghadirkan kebisingan yang sunyi, komposisi khas mereka yang atmosferik, intim, dan penuh emosi.
Single pertama, “Semesta Kecil”, dibuka dengan puisi hening sebelum bergulir menjadi komposisi yang menanjak penuh harapan. Pada bagian puncaknya, lagu ini pecah oleh campuran sintetis, bass, french horn, biola, dan cello, ditopang ketukan drum yang menguatkan.
Lagu ini menggambarkan kehadiran aman bagi penyintas kekerasan berbasis gender, kehadiran yang sunyi, tidak menggurui, namun memulihkan. Dalam lagu ini, dukungan tersebut direpresentasikan oleh panggilan Raka Senyawa, simbol nyala semangat kolektif.
Berbeda dengan atmosfer yang lebih ritmis di “Semesta Kecil”, single “Bunga Tengah Hari” justru memilih sunyi sebagai bahasa utamanya. Lagu ini dibuka dengan rekaman suara hutan Kalimantan selama satu menit, hasil kolaborasi dengan proyek Points of Listening.
Komposisi tanpa drum, hanya synth, bass, cello, serta sentuhan simbal yang menggambarkan proses mekar, menghadirkan perjalanan seorang penyintas untuk bangkit dan menyadari kembali nilai dirinya.
Lirik seperti “Namanya disebut Bunga Tengah Hari, padahal ia senja yang enggan pergi. Tumbuh diam di reruntuh yang asri,” menjadi potret keheningan getir sekaligus kebangkitan setelah berkali-kali melalui kekerasan yang membuatnya hampir menyerah pada hidup.
Dua lagu ini sejalan dengan tema Kampanye HAKTP 2025 yang diusung Komnas Perempuan, “Kita Punya Andil, Kembalikan Ruang Aman.” Keduanya terinspirasi dari pengalaman personal para personel dan kolaborator yang merupakan penyintas kekerasan berbasis gender (KBG).
“Kekuatan sering kali lahir dari kebersamaan, terutama ketika sistem belum sepenuhnya berpihak pada penyintas”, ujar Deon, kibordis Airportradio.
Isu ini semakin relevan mengingat tingginya angka kekerasan di Indonesia. Data SIMFONI-PPA hingga Agustus 2025 mencatat 17.355 kasus, dengan 80,6% korbannya adalah perempuan. Sementara data UN Women menunjukkan hanya 40% penyintas yang mencari bantuan.
Kedua single ini merupakan bagian dari album ketiga Airportradio yang akan dirilis pada 2026 di bawah demajors Independent Music Industry (DIMI)—label yang selama ini juga aktif menciptakan ruang aman bagi perempuan melalui berbagai program seperti #SalingSilang di Synchronize Fest bersama Yayasan Pulih dan LBH Apik.
Album ini dikerjakan hanya dalam tujuh hari, mengikuti tradisi dua album sebelumnya. Empat personel yaitu Benedicta R. Kirana (vokal), Deon Manunggal (keyboard/synth), Ign Ade (bass), dan Prihatmoko Moki (drum) bertemu di Yogyakarta pada Juli 2025 untuk inkubasi materi, aransemen, hingga rekaman.
“Tanpa beban, hanya kebersamaan”, ucap Moki tentang proses kreatif mereka.
Para personel sepakat bahwa kedua lagu ini menghadirkan perjalanan utuh seorang penyintas. “Semesta Kecil adalah lingkar aman yang menopang. Bunga Tengah Hari adalah penyintas yang tumbuh kembali dari reruntuhan”, jelas Ade.
Sementara vokalis Benedicta menambahkan, “Musik adalah cara kami merebut kembali narasi kami sendiri, dengan mengakui luka, saling menjaga, dan menyuarakan bahwa setiap orang berhak atas ruang aman tanpa kekerasan”.
Airportradio berharap dua lagu ini bisa menjadi teman dalam proses pemulihan siapa pun yang sedang berjuang. “Tidak seorang pun harus menghadapi luka itu sendirian”, pungkas Benedicta. (sugali; foto ha)
