Indonesiasenang-, Di sebuah GOR yang disulap menjadi arena dengan lampu sorot, teriakan penonton, dan denting bel pembuka ronde, sebuah sejarah kecil tercipta pada 26 Oktober 2025. Hari itu, Adrenaline Street Boxing yang seluruhnya digagas dan dijalankan oleh mahasiswa akhirnya digelar untuk pertama kalinya. Bukan sekadar event tinju amatir, melainkan pernyataan bahwa energi anak muda mampu membangun sebuah ruang kompetitif yang sehat, berkarakter, dan penuh keberanian.
Mengusung tagline “From Street, to The Respect”, event ini memadukan semangat jalanan dengan nilai integritas dan sportivitas. Sebanyak 44 petinju muda dari berbagai sasana turun ke arena, menyajikan 22 pertandingan yang intens namun tetap dalam koridor aman, edukatif, dan sesuai regulasi resmi PERBATI.

Di balik sorakan penonton dan ring yang dipenuhi adrenalin, ada lima mahasiswa lintas kampus yang selama berbulan-bulan bekerja dalam diam, Satria Nur Alif Sulistyo, Devin Romadhoni, Sugali, M. Elang Dewa Rizky, dan Kelvin Ferdinan. Mereka bukan promoter profesional, bukan pula bagian dari federasi besar. Mereka hanyalah anak-anak muda yang percaya bahwa tinju bukan hanya soal pukulan tetapi soal karakter.
“Dari awal kami ingin menciptakan ruang yang membuat anak muda merasa dihargai. Event ini kami rancang bukan sekadar kompetisi, tetapi proses pembentukan disiplin, mental juara, dan keberanian untuk berkembang”, kata tutur Satria Nur Alif Sulistyo selaku Ketua Pelaksana.
Dalam setiap pertandingan, tampak jelas bahwa para petinju muda datang bukan hanya membawa teknik, tetapi juga mimpi. Ada yang berharap masuk pelatnas, ada yang membela nama sasana kecilnya di kampung halaman, ada pula yang hanya ingin membuktikan sesuatu kepada dirinya sendiri. Ring kecil itu menjadi tempat di mana identitas ditempa, rasa percaya diri dibangun, dan batasan pribadi dilampaui.

Dukungan PERBATI membuat gelaran perdana ini semakin kredibel. Kehadiran regulator resmi tidak hanya memastikan standar keamanan, tetapi juga menegaskan bahwa event mahasiswa pun layak berdiri sejajar dengan agenda pembinaan atlet nasional lainnya.
Secara visual, Adrenaline Street Boxing terasa seperti perpaduan event olahraga dan pergerakan anak muda. Musik, sorot lampu, backdrop bertema street culture, dan energi komunitas yang terus mengalir dari awal hingga partai terakhir. Ada aura "underground", tetapi dengan profesionalitas yang matang.
Dalam narasi besar olahraga Indonesia yang masih mencari bibit-bibit baru, event ini menghadirkan sesuatu yang segar: ruang yang ramah, inklusif, dan dibangun oleh generasi yang menjadi bagian dari masalah sekaligus bagian dari solusi.
“Keberhasilan tahun ini membuat kami semakin yakin. Volume kedua akan hadir pada 2026 dengan skala yang lebih besar dan kualitas yang lebih matang”, ujar M. Elang Dewa Rizky.

Mungkin inilah inti Adrenaline Street Boxing, sebuah deklarasi bahwa perubahan tidak selalu lahir dari gedung megah atau institusi besar. Terkadang, perubahan itu lahir dari lima mahasiswa yang memutuskan untuk berhenti mengeluh, lalu membangun sesuatu dari nol.
Dan pada 26 Oktober 2025, usaha kecil mereka berubah menjadi sebuah panggung besar bagi para petinju muda, dari jalanan menuju penghormatan, dari mimpi menuju pembuktian. Adrenaline Street Boxing Volume 2 resmi dikonfirmasi digelar pada 2026, cerita ini baru dimulai. (damar; foto has)